POJOK SURAMADU

#Inspirasi For You

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

Wisata

Bisnis

Pendidikan

Keislaman

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Kondisi Kader HMI di Umur Organisasi yang Tak Lagi Muda

Tepat hari kemarin, 5 Februari diperingati sebagai lahirnya organisasi kemahasiswaan tertua yang masih eksis hingga kini, bernama Himpunan Mahasiwa Islam (HMI). HMI kini sudah berumur 78 tahun, setelah didirikan di Yogyakarta, 5 Februari 1947.

Umur yang tak lagi muda bagi sebuah organisasi, tentu dapat mencerminkan bagaimana organisasi ini berjalan sesuai ritmenya oleh seorang pengemudi yang dinamakan Kader.

Jika dilihat kilas balik perjuangannya, organisasi ini didirikan oleh seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) bernama Lafran Pane dan 14 orang temannya dengan tujuan ”Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Mempertinggi Derajat Rakyat Indonesia, Menegakkan Dan Mengembangkan Ajaran Islam”.

Milad HMI ke-78
Milad HMI ke-78

Sejalan dengan berjalannya zaman, tujuan ini kemudian berubah menjadi ”Terbinanya Insan Akademis , Pencipta, Pengabdi, Yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhai Allah SWT”.

Tujuan itu dimuat dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI beserta beberapa pasal lainnya, seperti Indepensi HMI pasal 5, Asas Islam HMI pasal 3, Status HMI sebagai organisasi mahasiswa pasal 6 , Usaha pasal 7, Peran HMI sebagai organisasi perjuangan pasal 8, Fungsi HMI sebagai organisasi kader pasal 9, dan pasal-pasal lainnya yang dimuat dalam Konstitusi HMI.

Namun, realita kader HMI sekarang berbanding  terbalik dengan apa yang di cita-citakan oleh Lafran Pane. Pasalnya, banyak kader HMI yang malah melanggar Konstitusi dalam kehidupan sehari-harinya.

Misalnya, kader HMI yang menganggap bahwa seniornya adalah orang yang harus terus dipatuhi tanpa melihat terlebih dahulu salah tidaknya perintah yang diberikan. Hal inilah yang kemudian menghilangkan citra Independensi Etis dalam HMI.

Selain itu, dinamika yang melibatkan tindakan kekerasan fisik dalam acara Rapat Anggota Komisariat (RAK), Konferensi Cabang (Konfercab), Musyawarah Daerah (Musda) hingga Kongres yang mulai di normalkan dan dianggap sebagai sebuah kejadian biasa dan lumrah dengan dalih, ”Hal itu sudah biasa dalam HMI, itu yang dinamakan Dinamika”.

Apakah ini yang diajarkan dalam HMI sehingga kader-kadernya berlomba-lomba ingin menjadi pegulat? Tentu hal ini dilakukan oleh oknum kader HMI yang menginginkan calon yang diusungnya dapat menjadi Ketua Umum.

Masalah Keislaman, saya kira banyak Kader-kader HMI yang masih tidak lancar mengaji, bahkan ada yang sampai tidak bisa mengaji.

Hal ini tentu bukan hanya opini belaka, namun dapat dibuktikan ketika mereka mengikuti Training lanjutan yang didalamnya terdapat Scerenning Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ).

Selain itu, banyak yang saya lihat kader HMI jarang shalat dan bersembunyi dibalik argumen ”Shalat itu urusan kita dengan sang pencipta”, Apakah di HMI mengajarkan demikian?.

Bukankah tujuan HMI pertama kali yang dicetuskan oleh Lafran Pane dalam poin kedua berbunyi ”Menegakkan dan Mengembangkan Ajaran Islam”, Lantas bagaimana cara Menegakkan dan Mengembangkan Ajaran Islam, toh kadernya aja tidak menjalankan ibadahnya sesuai kewajiban.

Budaya membaca buku dan diskusi yang mulai luntur dikalangan kader-kader HMI sekarang.

Ditambah lagi adanya pengurus Komisariat yang hanya sebagai formalitas tanpa memfasilitasi kader-kadernya untuk berproses, padahal itu merupakan kewajiban pengurus Komisariat utamanya bidang Penelitian, Pengembangan, dan Pembinaan Anggota (PPPA).

Kejadian semacam ini berbanding terbalik dengan tujuan HMI pada kualitas insan cita pertama yang menginginkan kader HMI dapat menjadi Insan Akademis.

Munculnya kader Pragmatis yang hanya ingin mengais kepentingan pribadinya di organisasi mahasiswa tertua ini, hal ini tentu mengakibatkan citra buruk dan pertanda semakin tidak berkualitasnya kader HMI sekarang.

Masih banyak lagi kemunduran HMI sekarang yang menurut saya perlu dibenahi. Seperti kurang efektifnya pola Perkaderan dikarenakan fakumnya Badan Pengelola Latihan (BPL) di beberapa Cabang yang menjadi tonggak Perkaderan. Dualisme Ketua Umum karena perebutan kekuasaan yang tak berkesudahan.

Kepengurusan melebihi waktu yang telah ditentukan, sehingga mengakibatkan mangkraknya Komisariat, Cabang, Badan Kordinasi, Hingga Pengurus Besar karena Ketua Umumnya tak ingin turun dari jabatannya.

Selebihnya, Tulisan ini dibuat bukan untuk menjelekkan HMI, akan tetapi sebagai renungan bagi kita tentang betapa mundurnya HMI di masa sekarang.

Saya rasa, HMI sekarang sudah sangat jauh berbanding terbalik dengan masa Lafran Pane hingga Nurcholish Madjid, dimana kadernya masih memiliki gairah semangat penrjuangan yang membara.

Semoga dengan adanya Milad ke-78 ini dapat membawa HMI kembali kepada khittahnya melaluli gebrakan-gebrakan baru dari para kader-kader HMI.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postingan Populer