kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Biografi KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah dan Pelopor Pendidikan Islam Modern

KH Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam di Indonesia. Namanya dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar dan tertua di Indonesia yang telah memberikan sumbangsih besar dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan dakwah Islam. Selain itu, beliau juga tercatat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berkat perjuangan dan pemikirannya dalam memajukan umat Islam melalui pendekatan modern dan rasional.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara lengkap dan mendalam mengenai biografi KH Ahmad Dahlan, mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan, perjalanan dakwah, hingga warisan intelektualnya yang masih hidup hingga hari ini.

Latar Belakang dan Keluarga KH Ahmad Dahlan

Latar Belakang dan Keluarga KH Ahmad Dahlan
Latar Belakang dan Keluarga KH Ahmad Dahlan

Nama asli KH Ahmad Dahlan adalah Raden Ngabehi Muhammad Darwisy. Ia lahir pada tahun 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta, sebuah kawasan yang sangat lekat dengan kehidupan keislaman karena berada di lingkungan Masjid Gedhe Kesultanan Yogyakarta.

Ayah beliau, KH Abu Bakar bin KH Sulaiman, adalah seorang ulama dan khatib terkenal di Masjid Kesultanan. Sementara ibunya adalah putri dari H. Ibrahim bin KH Hasan, seorang penghulu istana. Dari silsilah ini, KH Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang sangat religius dan dekat dengan pusat kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.

Menariknya, dalam silsilah keluarganya, KH Ahmad Dahlan merupakan keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah satu dari Wali Songo yang dikenal sebagai pelopor dakwah Islam di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa darah perjuangan dan dakwah sudah mengalir dalam dirinya sejak lahir.

KH Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak kecil, beliau dikenal sebagai sosok yang cerdas dan tekun dalam belajar agama. Pada usia 8 tahun, ia sudah lancar membaca Al-Qur’an. Pendidikan agamanya pun dimulai dari lingkungan keluarga, khususnya dari ayahnya sendiri.

Perjalanan Spiritual dan Perubahan Nama

Pada usia 15 tahun, tepatnya sekitar tahun 1883, Ahmad Dahlan berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu agama lebih dalam. Di sinilah ia mulai berkenalan dengan pemikiran pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, dan Rasyid Ridha yang mendorong pembaruan dalam pemikiran dan praktik keagamaan.

Setelah beberapa waktu belajar di Makkah, nama Muhammad Darwisy diganti menjadi Ahmad Dahlan. Perubahan nama ini bukan hanya simbol pergantian identitas pribadi, tetapi juga penanda awal mula perubahan besar dalam jalan hidupnya.

Sepulang dari Makkah, beliau mulai aktif berdakwah di Yogyakarta dan dikenal sebagai ulama yang berpikiran terbuka, rasional, dan penuh semangat dalam memperbarui pemahaman umat terhadap ajaran Islam.

Kehidupan Pribadi dan Keluarga

Riwayat hidup KH Ahmad Dahlan juga tak lepas dari peran penting keluarganya. Ia menikah dengan Siti Walidah, putri dari Kyai Penghulu Haji Fadhil. Sosok istrinya kelak dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, seorang tokoh perempuan tangguh yang kemudian mendirikan organisasi perempuan Muhammadiyah bernama ‘Aisyiyah.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai enam orang anak: Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.

KH Ahmad Dahlan juga memiliki beberapa istri lain, seperti Nyai Abdullah (janda Abdullah), Nyai Rum (adik KH Munawwir Krapyak), dan Nyai Yasin dari Pakualaman Yogyakarta. Dari semua pernikahan itu, beliau memiliki beberapa anak yang kemudian juga berkiprah dalam dakwah dan pendidikan Islam.

Baca juga : 7 Keutamaan Membaca Surah Waqiah Setiap Hari

Pendidikan dan Guru-Guru Besar

Walau tidak mengenyam pendidikan formal seperti sekolah pemerintah kolonial, pendidikan KH Ahmad Dahlan sangat kuat dalam aspek keilmuan Islam. Ia berguru kepada beberapa ulama besar di Nusantara dan Makkah, di antaranya:

  • KH Muhammad Saleh
  • KH Mahfudz Termas
  • KH Muhsin
  • Syaikh Khayyat Sattokh
  • Syaikh Amin
  • Sayyid Bakri

Ilmu yang dipelajarinya mencakup tafsir, fikih, tauhid, hingga falak. Dari sinilah tumbuh pemahaman Ahmad Dahlan yang luas, tidak hanya dalam syariat, tetapi juga dalam hal sosial, budaya, dan kemasyarakatan.

Dakwah dan Gagasan Pembaruan Islam

Perjalanan dakwah KH Ahmad Dahlan sangat kental dengan semangat pembaruan (tajdid). Ia merasa bahwa umat Islam saat itu cenderung terjebak pada praktik keagamaan yang kaku dan ritualistik, tanpa memperhatikan esensi ajaran Islam yang bersifat membangun dan memberdayakan umat.

Sebagai respons, ia mendirikan sekolah Islam modern pertama bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada tahun 1911. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan Al-Qur’an dan hadis, tetapi juga pelajaran umum seperti ilmu bumi, matematika, dan ilmu hayat. Inilah cikal bakal sistem pendidikan modern berbasis Islam di Indonesia.

Pendirian Muhammadiyah dan Tujuannya

Pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H), KH Ahmad Dahlan secara resmi mendirikan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Organisasi ini didirikan sebagai bentuk ikhtiar untuk memurnikan ajaran Islam dari praktik bid’ah dan khurafat, serta menyebarkan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah melalui jalur pendidikan dan sosial.

Muhammadiyah bukan organisasi politik, melainkan organisasi sosial-keagamaan yang memiliki tujuan utama untuk:

  • Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputra.
  • Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam.
  • Mendirikan lembaga pendidikan Islam yang terstruktur dan modern.
  • Menyelenggarakan pelayanan sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, dan bantuan kemanusiaan.
  • Menerbitkan majalah, surat kabar, dan buku-buku dakwah.

Hubungan dengan Organisasi Pergerakan Nasional

KH Ahmad Dahlan juga dikenal memiliki relasi yang erat dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Budi Utomo dan Jamiat Khair. Pemikirannya banyak memengaruhi kalangan pelajar dan intelektual bumiputra, termasuk siswa dan guru di sekolah Belanda seperti Kweekschool.

Dukungan dari kalangan muda dan intelektual inilah yang memperkuat posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang visioner dan progresif pada masanya.

Wafat dan Warisan Perjuangan

KH Ahmad Dahlan wafat pada tahun 1923 di Yogyakarta dalam usia sekitar 55 tahun. Namun semangat, ide, dan perjuangannya tetap hidup dalam setiap aktivitas Muhammadiyah hingga hari ini. Warisan intelektual KH Ahmad Dahlan berupa pemikiran pembaruan, sistem pendidikan Islam modern, dan model dakwah berbasis sosial terus menginspirasi generasi muda Islam.

Kini, Muhammadiyah telah memiliki ratusan lembaga pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi, puluhan rumah sakit dan klinik, serta aktif dalam berbagai aksi kemanusiaan nasional maupun internasional.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img