Ka’bah adalah bangunan suci yang menjadi pusat ibadah umat Islam di seluruh dunia. Letaknya berada di tengah Masjidil Haram, kota Makkah, Arab Saudi. Tiap tahunnya, jutaan jamaah dari berbagai penjuru dunia datang ke tempat ini untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah.
Namun, tahukah Anda bahwa berdirinya pembangunan Ka’bah memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan sebelum manusia pertama diturunkan ke bumi? Artikel ini akan mengulas secara lengkap tentang asal usul Ka’bah, sejarah pembangunannya dari generasi ke generasi, hingga proses renovasi yang pernah terjadi.
Asal Usul dan Sejarah Ka’bah Sebelum Diciptakannya Langit dan Bumi

Dalam kitab Akhbar Makkah, disebutkan bahwa Ka’bah telah ada sebelum penciptaan langit dan bumi. Disebutkan bahwa awalnya Ka’bah berupa buih yang terapung di permukaan air selama 40 tahun. Dari buih inilah kemudian bumi dibentangkan.
Imam Mujahid RA menyampaikan bahwa Allah SWT telah menentukan tapak berdirinya Ka’bah bahkan 2000 tahun sebelum dunia diciptakan. Fondasi Ka’bah bahkan diyakini terletak di lapisan bumi ketujuh. Keberadaan Ka’bah inilah yang menjadikan kota Makkah sebagai tanah haram dan kota suci.
Ka’bah dikenal pula dengan berbagai nama lain, seperti:
- Al-Bait (rumah),
- Baitullah (rumah Allah),
- Baitul Haram (rumah suci),
- Baitul ‘Atiq (rumah tua/warisan),
- Kiblat (arah ibadah).
Mengapa Disebut Ka’bah?
Penamaan Ka’bah berasal dari kata dalam bahasa Arab yang berarti tinggi atau berbentuk persegi empat. Dahulu, masyarakat Arab biasa menyebut bangunan berbentuk kubus dengan istilah Ka’bah atau ka’bun. Seiring waktu, istilah ini menjadi nama khusus bagi rumah ibadah yang berdiri di Makkah.
Ka’bah di Bangun oleh Malaikat

Generasi pertama pembangunan Ka’bah dipercaya dilakukan oleh para malaikat, jauh sebelum manusia hadir di bumi. Saat Allah SWT mengabarkan bahwa akan menciptakan seorang khalifah di bumi, malaikat merasa khawatir manusia hanya akan membuat kerusakan. Namun Allah menjawab, “Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
Sebagai wujud penyesalan, para malaikat melakukan thawaf mengelilingi Arsy dan memohon ampun. Kemudian Allah menciptakan rumah suci bernama Baitul Makmur di bawah Arsy, dan memerintahkan malaikat untuk thawaf di sana. Lalu Allah menyuruh malaikat membangun rumah serupa di bumi, yakni Ka’bah, sebagai tempat thawaf bagi makhluk bumi. Inilah momen awal berdirinya Ka’bah di muka bumi.
Pembangunan Kedua oleh Nabi Adam AS
Setelah diturunkannya Nabi Adam AS ke bumi, beliau merasa kesepian dan tidak lagi mendengar suara malaikat. Allah pun menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena dosa yang diperbuatnya. Kemudian, Allah memerintahkannya untuk membangun kembali Ka’bah di lokasi yang telah ditentukan dan melakukan thawaf sebagaimana para malaikat.
Malaikat Jibril datang membantu proses pembangunan, bahkan mengepakkan sayapnya untuk menunjukkan tapak pondasi. Batu-batu untuk membangun Ka’bah kala itu berasal dari lima gunung: Gunung Lubnan, Thur Sina, Thur Zaita, Joudi, dan Hira.
Menurut riwayat dari Ibnu Abbas RA, Nabi Adam adalah manusia pertama yang shalat dan thawaf di tempat tersebut setelah berdirinya pembangunan Ka’bah oleh malaikat.
Pembangunan oleh Generasi Selanjutnya
1. Nabi Syits bin Adam AS
Pada generasi ketiga, pembangunan Ka’bah dilanjutkan oleh Nabi Syits, putra Nabi Adam.
2. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
Inilah fase yang paling dikenal dalam sejarah pembangunan Ka’bah. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, membangun kembali fondasi Ka’bah atas perintah Allah SWT.
3. Kaum Amalika
Setelah itu, kaum Amalika merenovasi Ka’bah untuk pertama kalinya dalam periode pasca-nabi.
4. Kaum Jurhum
Kaum Jurhum memperbarui bangunan Ka’bah setelah kedatangan mereka di wilayah Makkah.
5. Qushay bin Kilab
Leluhur Nabi Muhammad SAW juga tercatat pernah memperbaiki kondisi bangunan Ka’bah.
Pembangunan Ke-8: Renovasi oleh Kaum Quraisy
Sekitar lima tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, Kaum Quraisy merenovasi Ka’bah. Mereka mengubah struktur Ka’bah secara signifikan:
- Menambah tinggi bangunan dari 4,32 meter menjadi 8,64 meter.
- Menutup pintu belakang Ka’bah dan hanya menyisakan satu pintu yang ditinggikan.
- Memasang atap serta membuat saluran air (mizab).
Yang istimewa, Nabi Muhammad SAW sendiri mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad saat renovasi tersebut selesai.
Renovasi Pembangunan Ka’bah Setelah Era Nabi
1. Abdullah bin Zubair (65 H)
Setelah masa Nabi Muhammad SAW, pembangunan Ka’bah dilanjutkan oleh Abdullah bin Zubair yang melakukan renovasi besar-besaran.
2. Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (74 H)
Pemerintah Dinasti Umayyah kembali merenovasi bangunan Ka’bah yang sebelumnya mengalami kerusakan.
3. Sultan Murad dari Dinasti Utsmani (1040 H)
Pada masa ini, struktur bangunan diperkuat dan diperbaiki menyeluruh agar lebih tahan lama.
Renovasi Terakhir: Era Raja Fahd bin Abdul Aziz
Renovasi besar terakhir terjadi pada tahun 1996 M atau 1417 H di era Raja Fahd bin Abdul Aziz. Perombakan ini meliputi:
- Ketinggian dinding Ka’bah menjadi 14 meter.
- Lebar sisi-sisinya diperjelas, misalnya:
- Sisi Multazam menjadi 12,84 meter.
- Sisi Hijr Ismail 11,28 meter.
- Dari Rukun Yamani ke Rukun Hajar Aswad menjadi 11,52 meter.
Renovasi ini bertujuan untuk memperkokoh struktur dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta peningkatan jumlah jamaah haji dan umrah.
Kesimpulan
Berdirinya pembangunan Ka’bah bukanlah peristiwa biasa. Dimulai dari tangan malaikat sebelum penciptaan manusia, dilanjutkan oleh Nabi Adam, para nabi berikutnya, hingga pemerintah modern. Bangunan ini telah menjadi saksi sejarah umat manusia dalam mencari kedekatan kepada Sang Pencipta.
Ka’bah bukan sekadar bangunan; ia adalah pusat spiritual umat Islam, simbol penyatuan arah ibadah, dan warisan suci yang terus dijaga dari generasi ke generasi.
Semoga sejarah dan perjalanan panjang riwayat pembangunan Ka’bah ini memperkuat keimanan kita serta menambah rasa cinta kepada Baitullah. Wallahu A’lam bish-shawab.