kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Biografi Soeharto: Presiden Ke-2 Indonesia Era Orde Baru

Ketika membicarakan sejarah Indonesia modern, nama Soeharto hampir selalu muncul di halaman-halaman penting. Sosok ini dikenal sebagai Presiden kedua Republik Indonesia yang memimpin negeri ini selama lebih dari tiga dekade, dari tahun 1967 hingga 1998. Masa pemerintahannya sering disebut sebagai era Orde Baru, sebuah periode yang diwarnai kemajuan pembangunan sekaligus kontroversi politik. Biografi Soeharto bukan sekadar kisah tentang kekuasaan, tetapi juga cerita tentang bagaimana seorang anak desa dari keluarga sederhana mampu menapaki tangga tertinggi dalam kepemimpinan negara.

Bagi banyak orang, perjalanan hidup Soeharto ibarat cerita rakyat Jawa tentang tokoh yang memulai hidup dari bawah, berjuang, lalu mencapai puncak kejayaan. Namun, seperti kisah wayang yang penuh warna, perjalanan hidupnya juga diwarnai pasang surut, pujian, dan kritik. Dari awal yang sederhana di Desa Kemusuk, Yogyakarta, hingga menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dunia internasional, Soeharto meninggalkan jejak yang dalam dalam sejarah bangsa.

Membaca Biografi Soeharto memberi kita gambaran tentang bagaimana situasi politik, sosial, dan ekonomi Indonesia berkembang selama puluhan tahun. Bagi generasi muda, kisah ini bisa menjadi cermin—bahwa kepemimpinan membutuhkan visi, strategi, dan kemampuan membaca keadaan, namun juga harus siap menghadapi konsekuensi dari setiap kebijakan yang diambil.

Masa Kecil & Latar Belakang Soeharto

Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Desa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, dari keluarga petani sederhana. Ayahnya bernama Kertosudiro, seorang petani yang juga sesekali menjadi petugas irigasi, sementara ibunya bernama Sukirah. Kehidupan masa kecilnya tidaklah mewah—seperti kebanyakan anak desa pada masa itu, ia terbiasa membantu orang tua di sawah, menggembala ternak, dan bermain di alam terbuka.

Pendidikan Soeharto dimulai di sekolah desa, lalu berlanjut ke Sekolah Ongko Loro (setingkat sekolah dasar zaman kolonial). Namun, perjalanan sekolahnya sempat terhenti karena faktor ekonomi. Meski demikian, ia dikenal sebagai anak yang tekun dan cepat belajar. Kehidupan di pedesaan membentuk pribadinya menjadi sosok yang sederhana namun tangguh. Seperti filosofi masyarakat Jawa, “alon-alon asal kelakon” (pelan-pelan asalkan tercapai), Soeharto tumbuh dengan prinsip kesabaran dan perhitungan dalam bertindak.

Pengaruh budaya Jawa yang kental, ditambah lingkungan yang penuh gotong royong, membentuk cara pandangnya terhadap kepemimpinan dan masyarakat. Sejak kecil, ia terbiasa melihat kehidupan yang penuh keterbatasan, sehingga kelak ketika menjadi pemimpin, ia menekankan pada program swasembada pangan dan pembangunan desa.

Profil Soeharto Singkat

KategoriKeterangan
Nama LengkapSoeharto
Tempat LahirDesa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta
Tanggal Lahir8 Juni 1921
Wafat27 Januari 2008, Jakarta
Usia Saat Wafat86 tahun
Nama Orang TuaKertosudiro (Ayah), Sukirah (Ibu)
PasanganSiti Hartinah (Ibu Tien Soeharto)
Jumlah Anak6 orang
Jabatan PentingPresiden Republik Indonesia ke-2 (1967–1998)
JulukanBapak Pembangunan
Masa Pemerintahan31 tahun
Pencapaian UtamaSwasembada beras 1984, pembangunan infrastruktur nasional, program transmigrasi
HobiBercocok tanam, memelihara ikan
AgamaIslam

Perjalanan Karier Soeharto

Perjalanan Karier Soeharto
Perjalanan Karier Soeharto

Awal karier Soeharto dimulai ketika ia bergabung dengan KNIL (tentara kolonial Belanda) pada tahun 1940, meski tidak berlangsung lama karena situasi Perang Dunia II. Setelah Jepang masuk ke Indonesia, ia bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air), sebuah organisasi militer bentukan Jepang. Pengalaman di PETA menjadi batu loncatan penting bagi karier militernya.

Pasca kemerdekaan, Soeharto aktif dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan terlibat dalam berbagai operasi militer untuk mempertahankan kemerdekaan, termasuk penumpasan pemberontakan di berbagai daerah. Reputasinya sebagai perwira yang tegas dan strategis mulai dikenal luas.

Puncak awal kariernya terjadi pada 1 Oktober 1965, saat ia mengambil alih kendali keamanan negara pasca peristiwa G30S/PKI. Langkah ini menjadi awal dari perjalanan menuju kursi kepresidenan. Pada 1967, Soeharto resmi diangkat sebagai Pejabat Presiden, dan setahun kemudian menjadi Presiden kedua Republik Indonesia. Ia kemudian memimpin dengan visi pembangunan ekonomi dan stabilitas politik, yang dikenal sebagai awal mula Orde Baru.

Baca juga : Strategi Soeharto Hadapi 14 Ribu Anggota KKB Papua

Pencapaian Penting Soeharto

Pencapaian Penting Soeharto
Pencapaian Penting Soeharto

Selama memimpin, Soeharto mencatat berbagai pencapaian yang diakui dunia internasional. Salah satu yang paling menonjol adalah keberhasilan swasembada beras pada tahun 1984. Indonesia bahkan mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.

Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama—mulai dari jalan raya, jembatan, bendungan, hingga sekolah-sekolah. Program transmigrasi yang digagasnya berhasil memindahkan jutaan penduduk dari pulau padat ke daerah yang lebih jarang penduduk. Meski menuai pro-kontra, program ini membawa perubahan signifikan pada pemerataan penduduk dan pembangunan daerah.

Dalam bidang ekonomi, era Soeharto ditandai pertumbuhan yang stabil, walau krisis moneter 1997 menjadi ujian berat. Di tingkat internasional, ia mampu menjaga hubungan diplomatik yang baik dengan negara-negara besar, menjadikan Indonesia pemain penting di kawasan Asia Tenggara.

Namun, pencapaiannya tidak lepas dari kritik, terutama terkait kebebasan pers, demokrasi, dan praktik korupsi di kalangan pejabat. Biografi Soeharto tidak hanya mencatat keberhasilan, tetapi juga kontroversi yang menyertainya.

Kehidupan Pribadi Soeharto

Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, yang akrab disapa Ibu Tien, pada tahun 1947. Pernikahan ini dikaruniai enam anak: Siti Hardiyanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih. Kehidupan keluarganya sering menjadi sorotan publik, terutama karena beberapa anaknya terjun dalam dunia bisnis dan politik.

Sebagai pribadi, Soeharto dikenal pendiam namun memiliki wibawa kuat. Ia gemar bercocok tanam dan memelihara ikan, kegiatan yang membawanya kembali pada kehidupan masa kecil di desa. Hubungan dengan istrinya sangat erat, dan wafatnya Ibu Tien pada 1996 menjadi pukulan besar bagi dirinya.

Soeharto juga dikenal religius. Ia rajin mengikuti pengajian dan memiliki hubungan dekat dengan sejumlah ulama besar di Indonesia. Banyak yang menyebut bahwa sikapnya yang tenang dan terukur dalam mengambil keputusan merupakan pengaruh dari nilai-nilai Jawa yang dipadukan dengan ajaran Islam.

Baca juga : Permintaan Trakhir Soeharto Sebelum Meninggal Dunia

Pengaruh Soeharto di Indonesia

Pengaruh Soeharto terhadap Indonesia sangat besar dan bertahan lama, bahkan setelah ia lengser pada 1998. Di bidang ekonomi, banyak infrastruktur yang dibangun pada masanya masih digunakan hingga kini. Program pembangunan desa, irigasi, dan swasembada pangan memberi fondasi kuat bagi sektor pertanian Indonesia.

Dalam hal politik, ia mewariskan sistem pemerintahan yang terpusat dan stabil, meski kurang memberi ruang bagi demokrasi. Stabilitas ini membantu menciptakan keamanan, namun juga membuat reformasi politik menjadi tuntutan besar di akhir masa jabatannya.

Bagi sebagian generasi tua, era Soeharto diingat sebagai masa harga kebutuhan pokok stabil, lapangan kerja meluas, dan pembangunan terasa nyata. Namun bagi sebagian lain, masa itu juga identik dengan pembatasan kebebasan berpendapat dan dominasi kekuasaan. Biografi Soeharto mengajarkan bahwa kepemimpinan adalah pedang bermata dua—bisa membawa kemajuan, tetapi juga meninggalkan jejak kontroversi.

Hingga kini, nama Soeharto masih sering dibicarakan, baik dalam diskusi sejarah, politik, maupun ekonomi. Sosoknya menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa, dan kisah hidupnya tetap relevan untuk dipelajari, terutama bagi mereka yang ingin memahami dinamika kepemimpinan di Indonesia.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img