POJOKSURAMADU.COM, Sumenep – Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, meminta kepada masyarakat untuk tidak panik terhadap munculnya fenomena langka berupa temuan air mendidih di sekitar persawahan warga di Desa Batuputih Kenek, Kecamatan Batuputih.
Pemerintah mengimbau agar menunggu hasil uji laboratorium yang sedang dilakukan oleh pihak peneliti yang membidangi di Kota Surabaya. Sehingga masyarakat mengetahui apa kandungan air tersebut dan tidak menimbulkan polemik heboh.
Kepala Bagian Sumber Daya Alam dan Mineral Pemkab Sumenep Mohammad Sahlan mengatakan proses uji laboratorium air mendidih tersebut sudah diajukan dan dikirim ke Surabaya. Namun apabila tidak memungkinkan, uji air tersebut akan dibawa ke Jakarta.
Meski demikian, pemerintah belum bisa menentukan hasil uji laboratorium tersebut. Akan tetapi dapat diprediksi selambat-lambatnya selama tiga bulan dan paling cepat sebulan.
“Iya bergantung peralatannya yang ada. Kalau di Surabaya tidak memungkinkan bisa jadi akan diuji di Jakarta,” kata Mohammad Sahlan dihubungi Pojoksuramadu.com, Senin (3/3/2020).
Menurut Sahlan, salah satu alasan proses uji laboratorium dilakukan ke luar daerah, karena di daerah tidak memiliki fasilitas peralatan laboratorium. Di Jawa Timur khususnya Surabaya yang jadi rujukan uji tersebut.
Sahlan berjanji apabila hasil laboratorium itu sudah keluar, pihaknya akan mengumumkan kepada publik. Sehingga masyarakat tahu apa sebenarnya kandungan air mendidih yang sempat menghebohkan tersebut.
“Garis polisi tetap dipasang. Untuk sementara warga tidak usah panik, kita tunggu hasilnya nanti apa,” pinta dia.
Air mendidih ini sempat memancing reaksi masyarakat, utamanya warga di sekitar persawahan. Salah satunya dirasakan seorang petani bernama Juhari (35). Dia mengetahui peristiwa tersebut terjadi pada Rabu 26 Februari 2020 siang, saat dirinya hendak menghidupkan pompa air di sekitar lokasi kejadian.
“Tiba-tiba ada suara gemuruh dan semburan gelembung dari bekas penampungan air. Saya kaget! Setelah diamati, airnya bergelembung dan terlihat mendidih,” tuturnya.
Dari itu, Juhari pun bergegas memanggil masyarakat dan melaporkan kepada pihak kepolisian untuk diselidiki. Pasca dilaporkan, aparat hukum tersebut kemudian memasang garis polisi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. (ans/ah)