kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Ghiroh dalam Islam, Pembuktian Cinta Umat Kepada Nabi

Oleh: Dwi Indah Lestari, Pemerhati Persoalan Publik

Ghiroh dalam Islam merupakan salah satu konsep penting yang menunjukkan betapa dalamnya kecintaan seorang muslim terhadap agamanya. Ghiroh bukan hanya semangat emosional, tapi merupakan bentuk pembelaan aktif terhadap nilai-nilai Islam, terutama saat agama ini dihina atau direndahkan. Dalam konteks global, banyak peristiwa yang menguji ghiroh umat, salah satunya adalah kasus penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW oleh media asing yang menyinggung perasaan umat Islam di seluruh dunia.

Salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah aksi pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh majalah kontroversial asal Prancis, Charlie Hebdo. Majalah tersebut berkali-kali membuat karikatur yang menggambarkan sosok Nabi SAW secara tidak pantas. Perbuatan ini menimbulkan gelombang kemarahan besar di kalangan umat Islam internasional, karena dianggap sebagai bentuk penghinaan serius terhadap sosok yang paling mulia dan paling dicintai oleh umat Islam.

Kasus Charlie Hebdo dan Reaksi Dunia Islam

Charlie Hebdo memang dikenal dengan gaya satirnya yang provokatif. Namun, saat menggambar Nabi Muhammad SAW dalam bentuk karikatur, mereka telah melanggar batas kepercayaan dan kesucian agama. Kecintaan terhadap Nabi adalah hal yang sangat mendalam dalam hati setiap muslim, dan tindakan tersebut langsung menyulut kemarahan umat.

Ironisnya, tindakan yang jelas-jelas menistakan ini justru dibela oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, atas nama “kebebasan berekspresi”. Pernyataan Macron menyulut api amarah yang lebih besar. Gelombang protes muncul dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Indonesia. Di media sosial, di jalanan, bahkan di mimbar-mimbar masjid, seruan boikot produk Prancis menggaung dengan semangat yang luar biasa. Umat Islam menunjukkan bahwa mereka tidak akan tinggal diam saat agamanya dilecehkan.

Namun sayangnya, meskipun berbagai tekanan dan seruan boikot terus digaungkan, pemerintah Prancis tetap bersikukuh tidak meminta maaf, bahkan menuduh bahwa umat Islam bertindak ekstrem.

Ghiroh dalam Islam

Peristiwa ini membuka mata banyak orang tentang pentingnya ghiroh dalam Islam. Ghiroh bukan sekadar kemarahan, tapi merupakan wujud dari cinta yang dalam terhadap Rasulullah SAW dan ajaran Islam. Ghiroh adalah semangat keislaman yang tumbuh dari keimanan, dari rasa hormat terhadap Rasulullah, dan dari keinginan untuk menjaga kehormatan Islam.

Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1442 H bertajuk Cinta Nabi, Cinta Syariah, KH Thoha Cholil, seorang ulama kharismatik dari Bangkalan, Madura, memberikan pernyataan tegas. Beliau menyampaikan bahwa peristiwa penghinaan terhadap Nabi SAW ini adalah ujian bagi umat Islam. Beliau menyerukan agar kaum muslimin membangkitkan semangat membela agama, dan tidak membiarkan penghinaan semacam itu berlalu begitu saja.

Menurut KH Thoha Cholil, bulan kelahiran Nabi harus dijadikan momen kebangkitan jiwa pembela Islam. Umat Islam harus berani menunjukkan bahwa Islam bukan sekadar agama ritual, tetapi juga merupakan sistem hidup yang perlu diperjuangkan dan ditegakkan secara utuh (kaffah), sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kecintaan terhadap Rasulullah

Dalam acara yang sama, Ustadz Rokhmat S. Labib juga menegaskan pentingnya mencintai Nabi SAW sebagai bagian dari akidah. Beliau menjelaskan bahwa cinta kepada Rasulullah bukan sekadar perasaan, tetapi merupakan syarat dari keimanan. Tanpa cinta kepada Nabi, maka seseorang belum sempurna keimanannya, meski ia mentauhidkan Allah.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang mengaku bertauhid namun tidak mencintai Nabi Muhammad SAW, maka tauhidnya tidak berguna. Bahkan dalam hadis lain yang sangat masyhur, Rasulullah bersabda:

“Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman, hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan betapa sentralnya peran cinta kepada Rasul dalam kehidupan seorang muslim. Cinta itu harus diwujudkan dalam bentuk ghiroh keislaman, yang mendorong umat untuk meneladani Nabi, menjalankan sunnah, serta membela kehormatan beliau saat dinistakan.

Ikuti Rasulullah, Maka Allah Akan Mencintaimu

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 31:

“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.”

Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan mengikuti Rasulullah SAW. Mengaku mencintai Allah tapi enggan mengikuti Rasulullah adalah bentuk kebohongan. Dan mengikuti Nabi bukan hanya dalam urusan ibadah pribadi, tetapi juga dalam urusan sosial, ekonomi, bahkan politik dan kenegaraan.

Dengan demikian, semangat keislaman yang sejati adalah ketika seorang muslim benar-benar menjalankan syariat Islam secara menyeluruh. Termasuk ketika membela Nabi dari penghinaan dan propaganda kebencian. Maka, ghiroh dalam Islam adalah bentuk nyata dari cinta yang membuahkan keberanian dan keteguhan.

Keteladanan dari Khalifah Abdul Hamid II

Ustadz Rokhmat juga menyinggung bagaimana sikap tegas seorang pemimpin Muslim di masa lalu, yakni Khalifah Abdul Hamid II dari Kekhilafahan Utsmaniyah. Ketika Prancis berencana mementaskan teater yang menghina Nabi Muhammad SAW, sang khalifah langsung mengeluarkan peringatan keras. Akibat tekanan tersebut, Prancis mundur dan membatalkan pertunjukan tersebut. Inilah contoh nyata ghiroh Islam yang sejati dari seorang pemimpin.

Sikap seperti ini sangat dirindukan umat Islam saat ini, terutama dari para pemimpin negara-negara Muslim. Sayangnya, saat penghinaan terjadi, banyak penguasa hanya diam atau memberikan respons setengah hati.

Ghiroh yang Hilang: Renungan dari Buya Hamka

Buya Hamka, ulama besar Nusantara yang sangat dihormati, juga pernah menyampaikan betapa pentingnya memiliki semangat membela agama. Beliau bahkan menyatakan bahwa orang yang tidak merasa marah ketika agamanya dihina adalah seperti orang mati. Ucapan beliau sangat tajam:

“Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”

Ini adalah sindiran keras terhadap umat yang pasif dan tidak memiliki jiwa pembela Islam. Buya Hamka ingin agar umat Islam tidak menjadi pengecut saat agamanya dipermainkan.

Kisah di Zaman Nabi: Ketika Ghiroh Membara

Bahkan di masa Rasulullah SAW, ghiroh sudah menjadi hal yang melekat dalam diri para sahabat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, diceritakan bahwa ada seorang pria yang membunuh istrinya karena wanita tersebut terus-menerus menghina Nabi SAW. Ketika Rasulullah mengetahui kejadian itu, beliau bersabda:

“Saksikanlah bahwa darah perempuan yang tertumpah itu sia-sia (tidak ada tuntutan)!”

Hadis ini menggambarkan bagaimana ghiroh terhadap Nabi pada saat itu adalah sesuatu yang sangat besar, dan bagaimana Rasulullah SAW menghargai kecintaan yang mendalam dari umatnya terhadap beliau.

Penutup: Ghiroh Islam Menjadi Penanda Umat Terbaik

Dalam Islam, ghiroh bukanlah bentuk radikalisme, melainkan manifestasi dari cinta dan keimanan. Ghiroh mendorong umat untuk menjaga kehormatan agamanya, menjalankan ajaran Rasulullah dengan sepenuh hati, dan menolak segala bentuk penghinaan terhadap agama.

Sudah seharusnya umat Islam membangkitkan semangat keislaman ini di tengah-tengah tantangan zaman. Terutama ketika Islam dan Rasulullah SAW dihina, maka saatnya umat bangkit menunjukkan bahwa mereka tidak diam. Tentu saja, dengan cara yang santun, penuh hikmah, dan tetap dalam koridor syariat Islam.

Dengan ghiroh dalam Islam yang kuat, umat Islam akan menjadi umat terbaik, yang mampu menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan yang paling penting, ghiroh tersebut harus diwujudkan tidak hanya dalam emosi sesaat, tetapi dalam kesungguhan menjalani syariat secara kaffah. Wallahu a’lam bishshawab.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img