Dalam proses mencari pasangan hidup, ta’aruf kerap dipilih oleh banyak orang sebagai jalan yang lebih sesuai dengan ajaran Islam. Tidak seperti pacaran yang cenderung bebas dan tak jarang menjurus ke arah yang dilarang, ta’aruf memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dan bertujuan langsung menuju pernikahan. Namun, tidak semua proses ta’aruf berjalan mulus sampai akad. Ada kalanya perjalanan ini terhenti di tengah jalan.
Ta’aruf Bukan Sekadar Dijodohkan
800 × 450
Ta’aruf sejatinya adalah proses saling mengenal antara pria dan wanita yang memiliki niat serius untuk menikah. Seringkali disalahartikan sebagai perjodohan paksa oleh orang tua, padahal Islam memberi ruang bagi individu untuk menolak jika tidak sesuai dengan kriteria pribadi. Bahkan Islam telah mengatur etika dalam menolak ta’aruf secara baik dan bijak.
Ta’aruf adalah interaksi terbatas yang dilandasi niat suci, dilakukan secara syar’i, dengan pendamping atau perantara. Dalam proses ini, kedua belah pihak dianjurkan saling mengenal kepribadian, visi hidup, serta kesiapan menuju kehidupan rumah tangga. Jika keduanya telah yakin, maka proses selanjutnya adalah khitbah atau lamaran resmi.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Meskipun demikian, dalam kenyataannya tidak sedikit proses ta’aruf yang berujung kandas. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum gagalnya proses ta’aruf yang perlu diwaspadai.
7 Penyebab Gagalnya Proses Ta’aruf

1. Kurangnya Pemahaman Tentang Temperamen
Temperamen atau kondisi emosional pasangan adalah hal penting yang harus dipahami sejak awal. Jika seseorang memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak, ini bisa menjadi tantangan besar dalam rumah tangga. Sayangnya, banyak pasangan tidak mengeksplorasi cukup dalam karakter emosional lawannya dalam proses ta’aruf.
Berdoalah agar Allah mempertemukan dengan pasangan yang memiliki akhlak dan kepribadian yang selaras dengan kita, agar kelak tidak terjadi tekanan batin dalam pernikahan.
2. Latar Belakang Keluarga Kurang Jelas
Keluarga adalah cerminan seseorang. Mengenali asal usul keluarga calon pasangan bisa memberikan gambaran tentang nilai-nilai yang dibawa. Dalam Islam, restu orang tua memiliki pengaruh besar terhadap kelanggengan hubungan. Bila calon pasangan berasal dari latar belakang keluarga yang kurang jelas atau bahkan ada konflik antar keluarga, maka perlu dipertimbangkan dengan bijak.
3. Terlalu Terburu-Buru Menentukan Pilihan
Ta’aruf bukan ajang cepat-cepatan menuju akad. Setiap informasi yang diberikan, termasuk dalam CV ta’aruf, perlu diperjelas dan dikaji dengan matang. Mengambil keputusan tergesa-gesa tanpa memahami secara menyeluruh siapa pasangan kita bisa berujung pada penyesalan di kemudian hari.
4. Proses yang Terlalu Lama
Ta’aruf yang berlangsung terlalu lama tanpa kepastian bisa menimbulkan kejenuhan. Islam menyarankan agar proses dari ta’aruf ke akad tidak berlarut-larut. Jika komunikasi berjalan terlalu panjang tanpa kejelasan arah, maka peluang untuk gagal pun meningkat.
5. Harapan yang Terlalu Tinggi
Banyak yang masuk dalam ta’aruf dengan membawa ekspektasi setinggi langit. Padahal, setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Menetapkan standar pasangan yang ideal memang penting, tetapi terlalu tinggi ekspektasi bisa membuat kita mudah kecewa. Biarkan proses berjalan dan lihat kenyataan dengan hati terbuka.
6. Menjadikan Ta’aruf sebagai Pelarian
Memulai ta’aruf hanya karena ingin melupakan seseorang atau sekadar mengisi kekosongan hati sangat tidak disarankan. Ta’aruf adalah proses sakral yang seharusnya dimulai dengan niat yang tulus karena Allah. Jika hanya dijadikan pelampiasan, maka akan menyakiti pihak lain dan bisa berakhir tidak baik.
7. Gugup Berlebihan
Merasa gugup dalam pertemuan pertama adalah hal wajar. Namun jika gugup berubah menjadi ketakutan yang berlebihan, ini bisa menghambat komunikasi dan membuat salah satu pihak ragu. Jaga hati agar tidak jatuh cinta terlalu cepat, tapi juga jangan tutup diri sepenuhnya.
Kesimpulan: Gagal dalam Ta’aruf Bukan Akhir Segalanya
Kegagalan dalam ta’aruf bukan berarti kita gagal dalam hidup. Justru, proses ini mengajarkan kita untuk lebih memahami diri sendiri dan pasangan yang kita butuhkan. Jangan takut gagal, karena bisa jadi Allah tengah mempersiapkan yang lebih baik untukmu.
Luruskan kembali niatmu, perbaiki cara komunikasimu, dan jangan lelah untuk terus berdoa kepada Allah agar diberikan pasangan terbaik yang menentramkan hati dan membawa kebaikan dunia akhirat.