kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Inovasi Briket dari Bonggol Jagung menjadi Solusi Energi Ramah Lingkungan

BANGKALAN – Sebuah inovasi pemanfaatan limbah pertanian yang diajukan oleh mahasiswa KKN kelompok 10 UTM untuk Desa Planggiran, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan yaitu dengan menghadirkan briket dari bonggol jagung. Masyarakat setempat dengan antusias mengikuti program sosialisasi pembuatan briket dari bonggol jagung, sebuah inovasi cerdas yang mengubah limbah pertanian menjadi sumber energi berharga. Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, melainkan sebuah inisiatif nyata untuk memberdayakan masyarakat, mengurangi limbah, dan mendorong kemandirian energi di tingkat desa.

Inisiatif ini berawal dari kesadaran akan melimpahnya limbah bonggol jagung pasca-panen di wilayah yang sebagian besar penduduknya adalah petani jagung ketika musim kemarau. Selama ini, bonggol jagung seringkali hanya dibiarkan menumpuk, dibakar, atau dibuang, dan menjadi pakan sapi, tanpa disadari memiliki potensi besar. Melihat fenomena ini, Mahasiswa KKN kelompok 10 UTM menginisiasi program sosialisasi briket ini. Tujuannya jelas, yaitu memberikan edukasi mendalam, keterampilan praktis, dan memantik semangat kewirausahaan di kalangan warga untuk memanfaatkan limbah yang ada.

Potensi Tersembunyi Bonggol Jagung

Penanggung jawab program kerja ini, Adjie Noorkholis Prasetyo dan Muhammad Imam Nasruddin, menjelaskan latar belakang munculnya ide ini. “Pada saat wawancara warga setempat, kami mendapatkan informasi bahwa banyak tumpukan bonggol jagung tidak dimanfaatkan. Dari situlah muncul gagasan untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai,” terang Adjie dan Imam dengan semangat. “Kami tahu bahwa bonggol jagung memiliki kandungan selulosa dan lignin yang tinggi, menjadikannya bahan baku ideal untuk briket. Selain mengurangi sampah, briket bonggol jagung ini juga menawarkan alternatif bahan bakar yang lebih hemat, efisien, dan yang terpenting, ramah lingkungan,” imbuh mereka.

Sosialisasi ini dirancang sedemikian rupa agar mudah dipahami dan diikuti oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, pemuda, hingga petani senior. Program ini dilakukan secara bertahap mulai dari percobaan oleh Mahasiswa KKN kelompok 10 UTM hingga membentuk briket yang telah dirancang sebelumnya.

Adapun tahapan dalam pembuatan briket dari bonggol jagung, yaitu sebagai berikut:

  1. Pengumpulan dan Pengeringan: Bonggol jagung segar dikumpulkan dan dijemur hingga benar-benar kering. Tahap ini krusial untuk mengurangi kadar air, memastikan proses karbonisasi berjalan optimal.
  2. Karbonisasi (Pengarangan): Bonggol jagung kering kemudian dimasukkan ke dalam tungku khusus untuk diubah menjadi arang. Proses ini dilakukan dengan kontrol suhu dan oksigen yang tepat untuk menghasilkan arang berkualitas tinggi.
  3. Penghalusan: Arang bonggol jagung yang sudah jadi kemudian dihancurkan menggunakan alat penumbuk atau mesin penghalus sederhana hingga menjadi bubuk halus.
  4. Pencampuran dengan Perekat: Bubuk arang dicampur dengan perekat alami, seperti tepung tapioka atau pati singkong, yang sudah dilarutkan dalam air. Proporsi campuran ini sangat penting untuk menghasilkan briket yang padat dan tidak mudah hancur.
  5. Pencetakan: Adonan briket kemudian dimasukkan ke dalam cetakan khusus, bisa manual atau menggunakan mesin press, untuk membentuk briket dengan ukuran dan bentuk yang seragam.
  6. Pengeringan Akhir: Briket yang sudah dicetak dijemur kembali di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering hingga benar-benar kering dan keras. Briket yang kering sempurna akan memiliki daya bakar yang optimal.

Setelah melaksanakan percobaan, mahasiswa KKN kelompok 10 UTM melakukan sosialisasi mengenai inovasi pemanfaat limbah pertanian khususnya bonggol jagung menjadi briket yang memiliki manfaat lebih hingga bernilai ekonomis untuk masyarakat sekitar. Sosialisasi dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari sabtu, 12 Juli 2025 dan minggu, 13 Juli 2025 di rumah masing-masing kepala dusun Desa Planggiran. Selama proses sosialisasi, suasana penuh semangat dan antusiasme terlihat jelas. Para peserta tidak ragu untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan saling membantu. “Saya awalnya tidak percaya kalau bonggol jagung bisa jadi seperti ini. Ternyata tidak terlalu sulit juga,” ujar Ibu Qomariyah, salah seorang peserta sosialisasi. “Ini bisa jadi solusi hemat buat masak sehari-hari, lumayan mengurangi pengeluaran,” tambahnya.

Baca juga : Sosialisasi Hidroponik Tower Jadi Langkah Awal Inovasi Pertanian

Mahasiswa KKN kelompok 10 tidak hanya memberikan sosialisasi semata namun memberikan poster mengenai proses pembuatan briket serta menampilkan video pembuatan briket. Hal ini dilakukan sebagai bentuk inovasi dalam penyampaian sosialisasi agar mudah diterima dan dipahamioleh peserta sosialisasi. Adapun poster yang telah di desain oleh KKN kelompok 10 UTM, sebagai berikut:

Harapan dan Dampak Jangka Panjang

Salah seorang kepala dusun Poreh, Bapak Hartomo menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini. “Program ini bukan hanya tentang membuat briket, tetapi juga tentang bagaimana kita bersama-sama membangun kemandirian desa. Dengan memanfaatkan limbah yang melimpah, kita bisa mengurangi pengeluaran untuk bahan bakar dan bahkan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat,” tuturnya. Bapak Muniri juga menambahkan bahwa pemerintah desa siap memberikan dukungan lebih lanjut, seperti promosi dan pembelian produk jika antusiasme warga terus meningkat. “Kami berharap, briket bonggol jagung ini bisa menjadi produk unggulan Desa Planggiran, bukan hanya untuk konsumsi pribadi, tapi juga bisa dipasarkan lebih luas,” pungkasnya.

Harapan besar kini tertumpu pada inisiatif ini. Diharapkan, pelatihan ini tidak hanya berhenti sebagai pengetahuan semata, tetapi dapat ditindaklanjuti dengan produksi briket bonggol jagung secara mandiri oleh masyarakat Desa Planggiran. Dengan demikian, inovasi pemanfaatan limbah pertanian ini dapat memberikan dampak positif yang berlipat ganda yaitu mengurangi tumpukan limbah, menyediakan sumber energi alternatif yang hemat dan bersih, serta menciptakan peluang ekonomi baru yang berkelanjutan bagi seluruh warga desa. Keberhasilan Desa Planggiran ini diharapkan dapat menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di Bangkalan dan sekitarnya yang memiliki potensi limbah pertanian serupa.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img