kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Kesepian Gen Z di Balik Riuh Media Sosial

Pojoksuramadu.com – Memiliki gawai di era sekarang seakan menjadi kebutuhan pokok yang butuh dipenuhi. Bangun tidur, gawai yang dicari. Mau tidur, gawai yang dipegang. Begitu pula dengan paket data. Jika kehabisan kuota, hati rasa tak tenang.

Ditambah lagi platform media sosial yang beraneka ragam mendorong masyarakat untuk memilikinya agar dikenal khalayak ramai. Meski itu adalah dunia maya, nyatanya berdampak besar pada gaya hidup masyarakat di dunia nyata. Tak hanya laki-laki, perempuan juga banyak ter’inspirasi’ media sosial dalam berkehidupan. Terlebih lagi, generasi yang dikenal dengan gen Z, banyak yang telah terpapar konten viral di sosial media.

Asyik memang berselancar di dunia maya. Sendirian. Bisa mengetahui banyak hal yang bahkan mengetahui hal-hal yang tidak sepatutnya disebarluaskan. Misalnya, berita hoax, flexing, ghibah, bahkan juga aktivitas khusus pasutri di rumah. Yang demikian itu dapat memberikan inspirasi bagi seseorang untuk melakukannya atau meraihnya, jika itu baik maka jadilah baik.

Masalahnya justru fakta menunjukkan banyak orang terinspirasi dari sosial media membuat kesehatan mental terganggu. Seseorang begitu antusias dengan ramainya konten-konten di sosial media dan follower maupun teman-teman didalamnya. Namun sebaliknya, seseorang itu begitu kesepian dengan dunia nyatanya.

Hal itu menggerakkan seorang mahasiswa UMY jurusan ilmu komunikasi untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Loneliness in the Crowd: Eksplorasi Literasi Media Digital pada Fenomena Kesepian di TikTok melalui Konfigurasi Kajian Hiperrealitas Audiovisual”. (detik.com,18/09/2025).

Baca juga : Komersialisasi Konten Picu Buruknya Mental Healthy

Kajian hiperrealitas sendiri merupakan representasi digital yang dipandang lebih nyata dari realitas ini sendiri. Pandangan yang seperti ini menjadikan platform di media digital seperti media sosial dapat membentuk emosi seseorang dalam berperilaku di kehidupan nyata. Bahkan emosi yang tidak terkontrol akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental dan tentu saja hubungan sosialnya dengan orang-orang disekitar.

Badai informasi yang sebenarnya faktual akan tetapi tidak mampu dipilah dengan cerdas dan sehat, bisa juga mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Gen Z dikenal dengan generasi yang adaptif terhadap media digital. Tidak heran jika mereka mendominasi konten-konten yang ada di sosial media. Banyak ide kreatif yang mereka miliki. Mulai dari yang memang bermanfaat sampai yang unfaedah.

Sebenarnya literasi digital yang dimiliki gen Z lebih tinggi dari generasi yang sebelumnya. Termasuk juga informasi tentang bagaimana manajemen penggunaan gawai, mereka mengantonginya. Namun, persoalan merasa kesepian, insecure dominan justru dari generasi mereka. Mengapa bisa begitu?

Industri kapitalis. Ya, karena adanya industri kapitalis. Arus sosial tidak serta merta berjalan sendiri. Para kapitalis yang mengatur arusnya dalam industri. Mindset yang mereka miliki adalah hanya bagaimana meraih cuan dari aktivitas masyarakat di sosial media. Dibentuklah sedemikian rupa arusnya sehingga menarik untuk diselami oleh masyarakat, khususnya gen Z yang sedang melek-meleknya dunia digital.

Semakin dalam menyelam, semakin mudah untuk terlepas mereka dari pergaulan nyata, sehingga saat kembali kedunia nyata mereka kesulitan membangun hubungan. Parahnya, hubungan antar keluarga juga terkena imbasnya. Jarang komunikasi dan kaku, terasa begitu jauh.

Sungguh ini adalah problematika generasi yang bisa berakibat buruk terhadap tatatan masyarakat dan kemajuan peradaban. Terjebak dalam rasa kesepian membuat mereka lemah untuk bergerak menjadi garda terdepan untuk peduli terhadap kondisi masyarakat.

Khususnya gen Z yang merupakan generasi muda. Potensi yang mereka miliki sangat besar sebenarnya untuk memberikan karya terbaiknya untuk umat yang sedang dilanda banyak masalah ini.

Oleh karenanya, dibutuhkan beberapa hal untuk keluar dari problem media sosial ini.
Pertama, edukasi tentang bersikap bijak terhadap penggunaan media sosial butuh untuk terus digalakkan. Harus disadari, ketidak bijakan dalam menggunakannya dapat menjadikan sikap asosial yang merambah menjadi budaya dalam masyarakat yang tentu dapat merugikan masyarakat ini sendiri.

Kedua, penguatan aqidah Islam butuh terus dilakukan baik skala individu, keluarga, institusi pendidikan, masyarakat, sampai menjadi program negara. Dengan aqidah yang kuat, seseorang akan senantiasa mengingat bahwa ada kebahagian yang sejati yang menanti yakni negeri akhirat, surga. Lebih dari itu, ia akan terus refleksi segala ihwalnya apakah membuat Allah ridlo atau tidak karena ia paham tentang apa esensi dari kehidupan dunia.

Ketiga, masyarakat butuh dicerdaskan akan problem sistem hari ini karena sistem sekuler kapitalis. Dengan begitu, masyarakat akan mampu memilah dan memilih dengan tepat dalam berselancar di sosial media agar tidak menjadi korban industri kapitalis.

Keempat, tentunya negara memiliki andil besar didalam mengendalikan dunia digital. Banyak negara yang mulai ‘aware’ sehingga mereka membuat program-program yang dapat menyelamatkan generasinya dari dampak buruk penggunaan media sosial yang tak terarah.

Generasi muda khususnya butuh untuk diberikan ruang seluas-luasnya untuk berkreasi dalam memberikan karyanya yang bermanfaat untuk peradaban. Apalagi, didalam sebuah hadits dinasehatkan kepada kita bahwa masa muda adalah masa yang nantinya ada pertanggungjawaban khusus dihadapan Allah kelak. Semestinyalah hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa menjadikannya renungan yang menggugah kita bersama untuk tanggap terhadap arah hidup generasi muda.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”(HR.AtTirmidzi)

Wahai generasi muda, ada pesan yang memuliakan engkau dari baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”. (HR.Ahmad)

Maksud “shabwah” adalah pemuda yang tidak mengikuti hawa nafsunya, dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. Semoga gawaimu, media sosialmu, konten-kontenmu menjadi penyebab dicintai oleh Allah dan RasulNya. Aamiin.

Penulis : Naila

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img