Kisah Orang Ahli Tahajud yang menangis karena tidak dipedulikan Allah. Dikisahkan, dahulu ada seorang ahli ibadah yang hampir-bertahun tahun tidak pernah meninggalkan sholat Tahajud. Hal ini tentu suatu kebanggaan bagi orang-orang beriman, karena suatu pertanda bahwa ia adalah seorang ahli ibadah.
Malam-malam yang biasa digunakan orang-orang untuk tidur, ia gunakan untuk qiyamul lail beribadah kepada Allah SWT. Namun sayangnya, ia malah tidak termasuk golongan para pecinta Allah. Berikut kisah selengkapnya:
Kisah Orang Ahli Tahajud yang menangis karena tidak dipedulikan Allah
Dikisahkan dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya imam Ghazali, bahwa dahulu hiduplah seorang ahli ibadah yang bernama Abu bin Hasyim. Hampir sepanjang tahun ia tak pernah meninggalkan sholat Tahajud di waktu malam.
Pada suatu malam, Abu bin Hasyim hendak berwudhu untuk menjalankan sholat tahajud. Tetapi saat berwudhu, Abu bin hasyim terkejut karena mendapati adanya sosok makhluk yang berada di bibir sumur miliknya. Abu Hasyim lantas bertanya “Hei Hamba Allah, Kau itu siapa…?”
Sosok misterius itu lantas menjawab “ Diriku adalah malaikat yang diutus Allah SWT”. Mendapati jawaban itu, tentulah membuat Abu bin Hasyim terkaget. Namun ia juga merasa bangga sekali karena dirinya didatangi seorang tamu yang mulia yaitu malaikat.
Abu bin Hasyim lantas bertanya tentang maksud kedatangan sang malaikat “Apa yang tengah kau lakukan disini..?” malaikat menjawab “Diriku diperintah untuk mencari hamba pecinta Allah Subhanahu Wata’ala”.
Kala itu, Abu bin Hasyim melihat malaikat itu membawa buku berukuran tebal, hal ini tentu mengundang rasa penasaran , ia lalu bertanya kepada malaikat “Hai malaikat, itu buku apa yang kau bawa?”
Malaikat lantas menjawab “Ini adalah beberapa kumpulan nama2 para hamba pecinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. Mendapati jawaban itu, hati Abu bin hasyim berharap Namanya ada dalam buku itu. Kemudian Abu bin Hasyim bertanya lagi “Hei malaikat, Apakah nama diriku tercatat disitu..?”
Seperti yang diketahui, Abu bin Hasyim adalah seorang ahli ibadah, ia menduga bahwa Namanya termaktub dalam buku malaikat itu. Hal ini sebab abu bin hasyim senantiasa mengerjakan sholat tahajud di malam hari, berdoa dan melakukan munajat kepada Allah pada waktu sepertiga malam.
Namun setelah di cek oleh Malaikat, ternyata Nama Abu bin Hasyim tidak tercatat dalam buku itu. Abu bin hasyim lantas kedua kalinya meminta malaikat untuk mengecek ulang Namanya. Namun tetap saja Namanya tidak ditemukan.
Malaikat berkata kepada Abu bin Hasyim, “Benar, namamu tak ada dalam buku ini”. Melihat ketiadaan Namanya, Abu bin hisyam lantas badanya gemetar, lalu terjatuh dan tersungkur di depan malaikat itu.
Abu bin Hasyim lantas menangis seraya berkata “Duh betapa ruginya aku yang senantiasa berdiri tegak pada setiap malam dalam tahajud dan bermunajat, Namun namaku tak termasuk didalam golongan hamba-hama pecinta Allah subhanahu watangala”.
Melihat kesedihan itu, Malaikat lantas berkata kepada Abu bin Hasyim “Hai Abu bin Hasyim, bukanya diriku tak tahu bahwa kau bangun tiap malam saat orang lain tidur, kau ambil air wudhu dan kedinginan disaat orang lain terlelap dalam tidur malam.
Akan Tetapi tangan diriku dilarang oleh Allah SWT untuk menulis namamu”. Mendengar perkataan malaikat itu, Abu bin Hasyim lantas bertanya “Apa sebenarnya yang menjadi sebabnya?”
malaikat lantas menjawab “ kau memang bermunajat kepada Allah Subhanahu wata’ala. Tetapi dirimu memikirkan hal itu dengan bangga kemana mana dan hanya asyik beribadah hanya memikirkan diri sendiri. Itu di kanan kirimu terdapat orang yang tengah tepar sakit dan kelaparan, kau tak menjenguk dan tak memberi mereka makanan.
Nah, bagaimana bisa kau menjadi seorang hamba pecinta Allah subhanahu wata’ala dan dicintai oleh-Nya, sedang kau sendiri saja tak pernah mencintai para hamba ciptaan Allah Subhanahu wata’ala..?”
Setelah mendengar penjelasan malaikat itu, sontak Abu bin Hasyim bagai tersambar petir di waktu siang bolong. Kini dia telah sadar, bahwasanya hubungan ibadah manusia tak Cuma kepada Allah saja, melainkan juga kepada sesama manusia dan alam.
Baca juga : Sejarah Asal Mula Berdirinya Pembangunan Ka’bah
Dari kisah ini dapat diambil pelajaran, bahwasanya janganlah berbangga diri dengan ibadah yang kita kerjakan seperti bangga atas ibadah sholat, berpuasa, berdikir, jika tak dibarengkan dengan hubungan sosial yang baik antar sesama manusia dan makhluk ciptaan Allah lainya.
Kita sebaiknya senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah (Hablum minallah) dan juga menjaga hubungan baik antara sesama manusia (hablum minannas). Jangan gunakan ibadah kita sebagai ajang riya’/ pamer belaka supaya mendapat pujian, karena hal itu hanya sia-sia tak mendatangkan pahala.
Selain itu jangan terlalu menyibukkan ibadah sendiri, sedangkan di sekeliling kita masih ada orang-orang yang tengah kesusahan dan membutuhkan pertolongan. Semoga Kisah Orang Ahli Tahajud Yang Tidak Dipedulikan Allah ini bisa menjadi motivasi dan memperbaiki cara beribadah kita menjadi lebih baik, amin, Wallahu A’lam bishowab.