Pembatasan sosial mengharuskan masyarakat untuk lebih sering melakukan aktivitas dari rumah, tak terkecuali dengan kegiatan pembelajaran. Sejak beberapa bulan lamanya pemerintah menetapkan pembelajaran secara online. Walaupun menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan, namun nyatanya hal ini masih terus berlangsung hingga kini.
Didukung oleh berbagai perangkat teknologi digital, mulai dari siswa SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa melakukan pembelajaran virtual ini. Hal ini tentunya memberikan dampak positif, disamping belajar sesuai kurikulum, secara bersamaan pula mereka juga belajar mengenai literasi digital. Mulai dari mengirimkan tugas secara online, melakukan absensi online, hingga mengadakan pertemuan pembelajaran secara online.
Selain itu di tengah pembelajaran virtual ini para pelajar dan mahasiswa juga mempunyai banyak kesempatan untuk mencari sumber maupun referensi di internet. Hal ini tentunya sangat praktis dan terbukti mampu menunjang pemahaman dalam menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran virtual juga dinilai lebih praktis dan efisien karena kita tidak perlu menempuh jarak menuju tempat pembelajaran. Kita cukup melakukannya dari rumah masing-masing, yang mana membuat kita tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi sedikit pun.
Namun di balik berbagai hal positifnya juga terdapat hal yang sifatnya negatif. Pembelajaran yang dilakukan secara virtual pastinya membutuhkan jaringan internet yang stabil. Tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang mendukung. Di Indonesia masih terdapat daerah pelosok ataupun terpencil yang memiliki jaringan internet kurang memadai. Imbasnya yaitu, sebagai contoh akibat kualitas sinyal yang kurang stabil, di tengah kegiatan pertemuan pembelajaran online, pesan yang ingin disampaikan baik oleh pengajar maupun pelajar dapat terputus dan menyebabkan pesan yang ingin disampaikan tidak dapat dipahami penerima.
Selain itu masih terdapat para pelajar yang kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang tengah disampaikan. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat bertemu secara langsung dengan pengajar sehingga tidak dapat memahami pembelajaran secara maksimal dan menayakan suatu hal yang kurang dimengerti dengan leluasa. Pembelajaran virtual juga cukup menghabiskan biaya kuota internet yang besar. Sebagai contoh terdapat aplikasi media pertemuan pembelajaran online yang banyak menghabiskan kuota internet. Apalagi untuk sekali pertemuan pembelajaran secara online dapat menghabiskan waktu sekitar satu jam atau lebih. Hal inilah yang kerap dikeluhkan terutama oleh para wali murid.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah semaksimal mungkin. Melakukan kegiatan pembelajaran virtual juga merupakan upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran covid-19. Pemerintah sendiri juga telah berusaha meminimalisir kelemahan yang ditimbulkan pembelajaran virtual. Salah satunya pemerintah memberikan bantuan berupa kuota internet gratis, khusus untuk menunjang kegiatan pembelajaran virtual. Diharapakan dengan adanya bantuan ini para pelajar dan mahasiswa dapat terus melakukan kegiatan pembelajaran di tengah pandemi sekali pun. Karena pandemi sesungguhnya bukanlah halangan yang besar bagi kita untuk terus melakukan kegiatan pembelajaran.
Penulis : Annisa Firdaus / Prodi Ilmu Komunikasi / Universitas Trunojoyo Madura.