kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Sejarah Asal Usul Desa Batangan Tanah Merah Bangkalan

Sumber : Pembakuan Nama Rupa Bumi Kabupaten bangkalan Tahun 2012

Desa Batangan, yang terletak di Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan, Madura, menyimpan cerita rakyat yang menarik dan sarat akan nilai historis. Berdasarkan kisah turun-temurun dari warga setempat, nama “Batangan” diyakini berasal dari kata dalam bahasa Madura yaitu “Bhethang” yang berarti bangkai. Cerita ini bukan sekadar dongeng biasa, tetapi menjadi bagian penting dari sejarah lisan masyarakat Madura yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Awal Mula Nama Batangan

Menurut legenda masyarakat, Desa Batangan dulunya dikenal sebagai tempat para blater, yaitu tokoh lokal yang disegani karena keberaniannya, khususnya dalam menyelesaikan konflik melalui duel bersenjata yang dikenal sebagai charok. Charok sendiri adalah istilah khas Madura untuk menyelesaikan persoalan dengan perkelahian menggunakan celurit—senjata tajam khas Madura.

Di masa lalu, desa ini sering dilanda aksi pencurian yang meresahkan warga, terutama pencurian ternak seperti kambing, ayam, dan sapi. Hampir setiap malam, penduduk kehilangan harta bendanya. Karena keresahan yang memuncak, warga kemudian bersatu melakukan ronda malam dan penjagaan bergilir.

Pada akhirnya, para warga berhasil menangkap dalang di balik pencurian tersebut. Namun, kemarahan yang begitu besar membuat sang pencuri dihakimi secara kejam—dimutilasi, lalu bagian tubuhnya digantung di sebuah pohon besar. Potongan tubuh itu dibiarkan hingga membusuk, mengeluarkan bau menyengat, dan hanya menyisakan tulang-belulang. Dari kejadian inilah, muncul istilah “Abhethangan” yang berarti berbau bangkai, dan lama-kelamaan berubah menjadi nama desa: Batangan.

Jejak Sejarah yang Masih Dapat Ditemukan

Meski waktu telah berlalu, jejak sejarah Desa Batangan masih dapat dilihat hingga hari ini. Beberapa tempat yang terkait dengan cerita asal-usul tersebut di antaranya:

1. Kampong Glugur

Kampong ini dipercaya sebagai lokasi utama tempat pembunuhan dan pemutilasian gembong pencuri. Nama Glugur berasal dari istilah “gur-gur” yang berarti sisa-sisa, mengacu pada potongan tubuh yang ditinggalkan di tempat tersebut. Hingga kini, nama Kampong Glugur menjadi bagian dari warisan sejarah lisan masyarakat.

2. Sungai Pancoran

Meski sekilas terdengar seperti sungai yang memiliki pancuran, istilah Pancoran berasal dari “Pa Anchoran”, yang berarti tempat penghancuran. Sungai ini dipercaya sebagai lokasi tempat digantungnya potongan tubuh si pencuri. Konon, beberapa warga bahkan mengaku masih melihat penampakan potongan tubuh bergelantungan di malam hari, menjadikan sungai ini dikenal sebagai tempat yang angker.

3. Saronggeh atau Gua Besar

Saronggeh diyakini sebagai tempat penyimpanan bangkai atau tulang-belulang pencuri yang menjadi korban penghakiman warga. Nama Saronggeh sendiri dimaknai sebagai lubang besar. Dulu, gua ini cukup luas dan dalam sehingga bisa dimasuki manusia. Saat ini, mulut gua tersebut sudah mengecil dan hanya menyisakan aliran air. Namun, warga tua masih mengenangnya sebagai tempat bersejarah yang memiliki ruangan mandi di dalamnya (disebut jedding).

Kesimpulan Sejarah Desa Batangan

Dari cerita rakyat yang beredar, berikut beberapa poin penting terkait asal usul Desa Batangan:

  1. Nama Batangan berasal dari kata Bhethang atau Abhethangan yang berarti bangkai, merujuk pada peristiwa tragis di mana seorang pencuri dibunuh dan dimutilasi secara brutal oleh warga, lalu tubuhnya digantung dan dibiarkan membusuk.
  2. Beberapa lokasi yang masih menjadi saksi bisu dari kisah tersebut antara lain:
    • Kampong Glugur: lokasi kejadian pembunuhan.
    • Sungai Pancoran: tempat penghancuran dan pembuangan jasad.
    • Saronggeh: tempat penyimpanan tulang-belulang dalam gua.

Warisan Budaya yang Perlu Dijaga

Meskipun tidak tercatat secara resmi dalam sejarah tertulis, kisah asal-mula Desa Batangan tetap hidup melalui cerita lisan yang diwariskan oleh para tetua. Cerita ini mencerminkan semangat gotong royong masyarakat dalam menghadapi kejahatan, sekaligus menjadi pengingat bahwa sejarah lokal adalah bagian penting dari identitas budaya kita.

Cerita rakyat ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang ingin mengenal lebih dalam budaya Madura, khususnya dari sisi kehidupan sosial masyarakat masa lampau.

Semoga penjelasan mengenai sejarah Desa Batangan ini dapat memperkaya pengetahuan kita tentang warisan budaya dan nilai-nilai lokal masyarakat Madura. Jika Anda memiliki versi cerita yang lebih lengkap atau berbeda, hal itu bisa menjadi tambahan penting dalam merangkai narasi sejarah lokal yang lebih utuh.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img