kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Sunan Cendana Bangkalan, Panglima Perang Mataram dan Penyebar Islam di Madura

Syekh Zainal Abidin, yang lebih dikenal dengan julukan Sunan Cendana Bangkalan atau madura, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa dan Madura. 

Namanya tidak hanya terkenal di Madura, tetapi juga di seluruh pelosok Jawa sebagai panglima perang dan ulama yang gigih dalam berdakwah.

Kisah perjuangannya dalam menyebarkan Islam, baik melalui jalur diplomasi maupun peperangan, menjadikannya sosok yang dihormati hingga saat ini.

Asal Usul dan Masa Muda Sunan Cendana

Sunan Cendana Bangkalan lahir di Kota Mataram pada tahun 970 Hijriah. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap ilmu agama. 

Dalam perjalanannya menuntut ilmu, Sunan Cendana sempat mondok di Pesantren Sunan Ampel di Surabaya, yang kala itu menjadi pusat pendidikan Islam terkemuka di Jawa. 

Namun, rasa haus akan ilmu tidak berhenti di sana. Beliau melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Palembang dan sempat menetap di Jakarta untuk beberapa waktu.

Peran Sunan Cendana dalam Perang Mataram vs Blambangan

Sunan Cendana adalah keponakan dari Raja Mataram. Ketika bertemu dengan pamannya, Raja Mataram meminta bantuan Sunan Cendana untuk mengakhiri perang yang berkepanjangan antara Kerajaan Mataram dan Kerajaan Blambangan. 

Perang ini bukan sekadar konflik politik atau perebutan kekuasaan, melainkan juga upaya untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa, karena Blambangan saat itu masih menjadi kerajaan Hindu.

Raja Mataram mengangkat Sunan Cendana sebagai panglima perang. Tugas ini diterima oleh Sunan Cendana bukan untuk mencari jabatan atau kekuasaan, tetapi sebagai bentuk dakwah dan perjuangan suci untuk kejayaan Islam.

Dengan kepemimpinan yang bijaksana dan strategi perang yang matang, Sunan Cendana berhasil memenangkan peperangan dan membawa perdamaian ke wilayah Blambangan, yang kini dikenal sebagai daerah Banyuwangi, Jawa Timur.

Kemenangan ini tidak hanya menghentikan pertumpahan darah, tetapi juga membuka jalan bagi penyebaran Islam yang lebih luas di Jawa. Pasca-perang, Islam berkembang pesat di wilayah Blambangan dan sekitarnya, berkat upaya dakwah yang dilakukan oleh Sunan Cendana dan para pengikutnya.

Baca juga : Makam Syaikhona Kholil Bangkalan, Destinasi Wisata Religi Bangkalan

Dakwah Sunan Cendana di Madura

Setelah sukses di Blambangan, Sunan Cendana melanjutkan perjuangan dakwahnya ke Pulau Madura, tepatnya di Kampung Duko, Desa Ketetang Dhalem, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. 

Di Kwanyar, beliau bertemu dengan sesepuh setempat yang dijuluki Bhujuk Kembuan. Sesepuh ini meminta Sunan Cendana untuk menetap di Kwanyar agar Islam dapat tersebar secara merata di Madura, khususnya di wilayah tersebut.

Namun, Sunan Cendana tidak langsung menyetujui permintaan ini. Beliau terlebih dahulu meminta izin dari Raja Mataram dan melaporkan keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas di Blambangan. 

Atas jasanya, Raja Mataram menganugerahi Sunan Cendana jabatan sebagai Senopati Proojoyo. Meski dengan berat hati, Raja Mataram akhirnya mengizinkan Sunan Cendana untuk menetap di Kwanyar demi melanjutkan misi dakwahnya.

Warisan Sunan Cendana di Kwanyar

Sunan Cendana menghabiskan sisa hidupnya di Kwanyar, Madura, dengan terus berdakwah dan membimbing masyarakat setempat. Hingga akhir hayatnya, beliau dimakamkan di Kwanyar, dekat Pasar Kwanyar. 

Makamnya kini menjadi tempat ziarah yang dikeramatkan dan sering dikunjungi oleh masyarakat Madura serta sekitarnya.

Lokasi makam Sunan Cendana tidak hanya menjadi destinasi wisata religi, tetapi juga simbol perjuangan dan keteladanan dalam menyebarkan Islam. Banyak peziarah yang datang untuk menghormati jasa-jasa beliau serta memanjatkan doa di tempat peristirahatan terakhirnya.

Baca juga : Makam Sunan Sendang Duwur, Lamongan Jawa Timur

Peninggalan dan Pengaruh Sunan Cendana

Sunan Cendana meninggalkan warisan yang besar bagi masyarakat Madura dan Jawa. Selain berhasil menyebarkan Islam, beliau juga dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan rendah hati. 

Perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam tidak hanya melalui peperangan, tetapi juga melalui pendidikan dan pendekatan kultural.

Di Kwanyar, pengaruh Sunan Cendana masih terasa hingga saat ini. Masyarakat setempat menghormati beliau sebagai tokoh yang membawa perubahan besar dalam kehidupan spiritual dan sosial mereka.

Makamnya menjadi tempat yang sakral dan sering dijadikan sebagai lokasi untuk refleksi spiritual serta napak tilas sejarah.

Sunan Cendana adalah sosok yang patut dikenang sebagai panglima perang, ulama, dan pendakwah yang gigih. Perjuangannya dalam menyebarkan Islam, baik di Jawa maupun Madura, telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Nusantara. 

Makamnya di Kwanyar, Madura, tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga pengingat akan pentingnya perjuangan dan keteladanan dalam berdakwah. Bagi masyarakat Madura dan sekitarnya, Sunan Cendana adalah simbol kebanggaan dan inspirasi yang terus hidup dari generasi ke generasi.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img