Pojoksuramadu – Mahasiswa Psikologi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang sedang mengambil mata kuliah Intervensi Komunitas, yang dibimbing oleh Mery Atika, S.Psi., M.Si, berhasil mengadakan sosialisasi pembuatan pupuk organik dengan kotoran hewan di Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan.
Dosen pengampu mata kuliah Intervensi Komunitas Psikologi UTM, Mery Atika, S.Psi., M.Si menyatakan bahwa dengan adanya pengetahuan warga Desa Banyu Ajuh mengenai cara membuat pupuk organik dari kotoran hewan.
Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas tanah di desa Banyuajuh, selain itu, bagaimana warga desa dapat memanfaatkan kotoran hewan dan limbah organik lainnya yaitu daun-daun kering.
Desa Banyuajuh sendiri memiliki komunitas kelompok tani yang terdiri atas 20-30 anggota. Kelompok Tani Desa Banyuajuh merupakan kelompok tani yang beternak sapi dan kambing, sekaligus melakukan penanaman padi di sawah, bahkan tidak hanya satu jenis tumbuhan saja, tetapi juga ada beberapa jenis seperti tumbuhan jagung, sargum, dan juga jenis kacang-kacangan lainnya.
Limbah kotoran ternak yang dihasilkan dari kelompok tani tersebut belum diolah secara maksimal untuk digunakan sebagai pupuk organik pada lahan pertanian. Selama ini, petani masih mengandalkan pupuk kimia sebagai sumber utama pupuk.
Narasumber yang memberikan materi sekaligus praktik dalam sosialisasi ini adalah Ir. Slamet Supriyadi, M.Si, yang merupakan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. “Dampak dari penggunaan pupuk kimia secara berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada tanah.
Oleh karena itu, dengan adanya pelaksanaan program pelatihan kepada kelompok tani ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dengan bahan dasar kotoran hewan dan tumbuhan,” ujar Ir. Slamet Supriyadi, M.Si pada saat sosialisasi . Jumat (08/11/24)
Pupuk organik dari kotoran hewan ini merupakan pupuk ramah lingkungan, yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan.
Kebanyakan petani desa Banyuajuh menggunakan pupuk anorganik sebagai bahan utama dalam meningkatkan hasil pertanian, mereka kurang cukup paham bahwa jangka panjang penggunaan pupuk anorganik akan memberikan dampak negatif bagi tanah pertanian mereka serta dapat pula berdampak pada kurangnya hasil panen petani bahkan gagal panen.
“Kita biasanya memakai pupuk anorganik sebagai bahan utama dari pertanian kita karena memang untuk menggunakan pupuk organik kita ada beberapa bahan yang terkadang tidak ada yang akhirnya berujung memakai pupuk anorganik saja” ucap salah satu dari perwakilan kelompok tani desa Banyuajuh. Jumat (08/11/24)
Baca Juga : Mahasiswa UTM Ciptakan Frozen Food Sehat dan Praktis
Pupuk organik yang disosialisasikan oleh Ir. Slamet Supriyadi, M.Si, tidak jauh berbeda dengan pembuatan pupuk organik lainnya yang bahan utamanya menggunakan kotoran hewan, seresah, tanah, arang sekam, dedak, biostater, gula merah, air sumur.
Untuk cara pembuatannya cukup sederhana, dengan mencampurkan semua bahan-bahan. Setelah semua bahan-bahan tercampur kemudian dimasukkan ke dalam karung dan selalu rutin melakukan pemeriksaan 3 hari sekali untuk melihat suhu yang menandakan mikroba mulai aktif bekerja atau tidak di pupuk tersebut. Setelah itu pupuk akan dapat diproses selama 2-4 minggu.
Pembuatan pupuk bersama dengan warga Desa Kelompok Tani Banyuajuh ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian, serta dengan adanya pelatihan ini dapat membantu kelompok tani dalam memasarkan pupuk organik untuk menambah sumber pendapatan bagi warga Desa Kelompok Tani Banyuajuh.
Baca Juga : Creavox Gelar Pelatihan Pembuatan Video Iklan Untuk UMKM JATEM
“Alhamdulillah melalui bantuan teman-teman mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Trunojoyo Madura dapat memberikan wawasan dalam memanfaatkan kotoran hewan ternak serta sampah organik menjadi pupuk organik yang berkualitas” ujar salah satu warga Desa Banyuajuh.
Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat Desa Banyuajuh dapat meningkat secara berkelanjutan serta dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia serta mengolah limbah organik menjadi sumber daya yang bermanfaat.