Oleh: Situ Nurul Hidayah, Guru dan Pemerhati Masyarakat.
Sekolah tatap muka mulai dipersiapkan. Karena merespon berbagai tuntutan dan harapan banyak pihak agar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka segera dibuka kembali sehingga target pembelajaran tercapai dan tidak ada lagi kendala belajar jarak jauh. Beberapa daerah mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka di beberapa sekolah dengan mengacu pada kebijakan SKB 4 Menteri. Sebagaimana di Sampang, sebanyak tiga sekolah di Kabupaten Sampang mulai memberlakukan KBM tatap muka terbatas. (m.republika.co.id, 21 Agustus 2020).
Namun Sampang bukan satu-satunya kabupaten yang melaksanakan pembelajaran tatap muka, masih banyak kabupaten yang lain di Jawa Timur yang juga telah melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka ini.
Sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri ditegaskan bahwa satuan pendidikan di daerah zona hijau dan kuning berdasarkan Satgas Penanganan Covid-19 setempat boleh melakukan pembelajaran tatap muka secara bertahap. Adapun kebijakan dalam SKB yang menambahkan sekolah di zona kuning boleh dibuka merupakan revisi dari SKB sebelumnya yang hanya mengizinkan sekolah di zona hijau yang boleh dibuka.
Alasan penambahan ini merupakan bentuk kesadaran pemerintah akan banyaknya aspirasi masyarakat terkait kendala dan dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini disampaikan Mendikbud Nadiem Makarim di kanal Youtube Kemendikbud RI (7/8/2020).
Sekolah tatap muka menjadi tuntutan dan harapan
Meskipun wabah covid 19 belum mereda, namun tidak bisa dipungkiri tuntutan sekolah untuk dibuka kembali telah datang dari para orang tua siswa. Tidak sedikit diantara para orang tua yang mengharapkan anak-anaknya bisa masuk sekolah kembali karena belajar jarak jauh dengan daring (dalam jaringan internet) yang dijalankan selama ini dirasakan belum efektif.
Banyak diantara para orang tua merasa kewalahan harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Belum lagi para orang tua masih harus memikirkan biaya kuota internet agar anak mereka bisa tetap mengikuti pembelajaran daring dari rumah. Meskipun Pemerintah telah menganggarkan alokasi dana melalui Kemendikbud untuk bantuan kuota internet kepada para siswa, namun belum menyelesaikan permasalahan pembelajaran jarak jauh tersebut.
Diantaranya kenyataan yang ada ketersediaan layanan internet yang tidak menjangkau seluruh wilayah di Indonesia menyebabkan pembelajaran tidak didapatkan anak-anak di beberapa daerah pada masa pandemi ini. Bahkan sampai berakibat putus sekolah akibat pembelajaran jarak jauh ini.
Apalagi tidak ada kurikulum khusus dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di masa pandemi sehingga para guru harus memutar otak agar materi pembelajaran tetap tersampaikan bagaimanapun caranya. Akibatnya tugas yang diberikan kepada siswa menjadi berlipat ganda sehingga anak-anak dan para orang tua banyak yang menjadi stres menjalani pjj ini.
Dengan begitu tidak ada pilhan lain dari para orang tua kecuali menuntut dan mengharapkan sekolah kembali dibuka namun tetap aman. Meskipun tidak menutup kemungkinan cluster baru covid 19 bisa menimpa warga sekolah, baik guru, siswa atau tenaga pendidikan di sekolah.
Sekolah tangguh awali pembelajaran tatap muka
Menindaklanjuti persiapan pembelajaran tatap muka tersebut, beberapa daerah di Jawa Timur mencanangkan program sekolah tangguh. Di sekolah yang menjadi uji coba pembelajaran tatap muka merupakan sekolah percontohan sekolah tangguh untuk menyiapkan KBM tatap muka yang menerapkan protokol kesehatan.
Sekolah tangguh merupakan sekolah yang telah siap dengan segala sarana yang memadai dalam menerapkan protokol covid 19 untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Sehingga sekolah tangguh diharapkan mampu menjadi inspirasi dan contoh disiplin dan kejujuran dalam mentaati protokol kesehatan.
Namun hendaknya upaya pembiasaan yang baik ini bukan berlangsung sementara dan sekedar formalitas semata, khususnya bagi program sekolah tangguh yang dilombakan. Namun diharapkan juga menjadi komitmen dan kesadaran bersama semua pihak warga sekolah yang menjalani aktivitas di sekolah saat sekolah telah dibuka. Karena memasuki new normal ini mengikuti protokol kesehatan sebagai salah satu ikhtiar untuk mencegah penularan virus yang belum usai hingga saat ini. Meskipun belum ada jaminan dapat terbebas dari tertular corona.
Kebijakan tersandera kepentingan ekonomi
Sesungguhnya pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini masih tergolong riskan apalagi di daerah yang masih memiliki indeks penularan tinggi. Karena meskipun sekolah dibuka di daerah yang berstatus zona hijau bahkan ditambah zona kuning dengan segala persiapan yang dilakukan di sekolah-sekolah tangguh. Namun tidak menutup kemungkinan penularan dapat terjadi dari daerah lainnya yang berstatus zona merah.
Karena itulah dibutuhkan kebijakan khususnya dalam pendidikan ini, yang didasarkan atas keselamatan dan keamanan masyarakat. Bukan kebijakan yang yang tersandera oleh kepentingan ekonomi Kapitalistik. Maka seharusnya sejak awal kebijakan yang diberlakukan sebagaimana pada saat kholifah dalam pemerintahan Islam. Yaitu memisahkan antara orang yang sakit dan orang yang sehat. Dan berupaya keras agar penyakit yang berasal dari daerah sumber penyakit tidak meluas ke daerah lain.
Kemudian memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi yang terinfeksi sampai mereka sembuh. Dan ha-hal yang terkait dengan penanganan wabah dilakukan dengan serius agar pandemi segera berakhir.
Sehingga aktifitas sosial, ekonomi dan pendidikan dapat berjalan berjalan dengan normal tanpa akan memunculkan berbagai cluster baru di masyarakat. Dengan demikian pembelajaran tatap muka di sekolah tidak cukup hanya dengan keberadaan sekolah tangguh di masa pandemi ini. Namun sekolah-sekolah akan benar-benar menjadi tangguh dengan mendapatkan jaminan keselamatan dan keamanan dari pemimpin di negeri ini. (*)
Isi yang terdapat dalam artikel ini sepenuh menjadi tanggung jawab penulis.