POJOKSURAMADU.COM, Surabaya – Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak psikologis negatif bagi perempuan yang menjalani kehamilan dan melahirkan karena ancaman penularan Covid-19.
Risiko peningkatan depresi postpartum (postpartum depression) dapat meningkat karena adanya perubahan aktivitas sehari-hari, seperti pembatasan mobilitas serta menurunnya kegiatan ekonomi yang berdampak menurunnya pendapatan bagi sebagian besar rumah tangga.
Sehingga ibu membutuhkan dukungan kesehatan mental untuk mengatasi masalah psikologis. Di Indonesia, layanan untuk ibu hamil dan menyusui didukung oleh kader posyandu. Kader posyandu berperan sebagai pendamping dan monitor kesehatan fisik ibu dan anak, serta mendeteksi persoalan kesehatan mental pada ibu.
Dalam situasi pandemi saat ini, kader perlu mendapat pelatihan khusus dengan cara yang aman untuk mendampingi ibu hamil atau menyusui agar terhindar dari masalah kesehatan mental seperti depresi.
Oleh karena itu, sebagai lanjutan dari wadah pendampingan psikososial Ruang Ibu Bahagia yang digagas oleh Departemen Psikologi Universitas Airlangga, diadakan pelatihan khusus bagi kader posyandu mengenai komunikasi empatik.
Pelatihan dilakukan secara daring dengan menggunakan grup WhatsApp yang dibentuk sejak bulan September 2021 dan pertemuan melalui Zoom pada Sabtu (9/10/2021). Pelatihan itu juga bertujuan untuk mendorong SDGs ke 3 kesehatan dan well-being serta SDGs ke 5 tentang kesetaraan gender.
Kegiatan itu didukung oleh Pemerintah Australia melalui Australian Alumni Grant Scheme (AGS) yang diadministrasikan oleh Australia Awards di Indonesia serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNAIR. Pelaksanaan pelatihan melibatkan PKK Kota Surabaya dan puskesmas untuk merekrut kader posyandu. Kegiatan itu diikuti oleh sebanyak 45 kader di Surabaya.
Menurut Endang R. Surjaningrum, M.AppPsych., Ph.D., Psikolog selaku ketua program, kader memiliki peran yang signifikan dalam membantu mendampingi ibu hamil pada masa pandemi.
“Sangat penting mengusahakan bagaimana membuat ibu-ibu menjadi bahagia. Kader juga bisa membantu ibu merasa bahagia, dan nantinya kader bisa bekerja sama dengan psikolog yang ada puskesmas untuk mendampingi ibu,” ujarnya.
Setelah kader posyandu belajar melalui kesehatan mental ibu melalui grup WhatsApp, kader diajak untuk mendalami komunikasi empatik yang bisa digunakan sebagai bekal pendampingan psikologis ibu hamil dan menyusui.
Di pertemuan Zoom, kader juga melakukan role play dengan skenario-skenario yang dekat dengan permasalahan ibu sehari-hari. Kegiatan pelatihan itu difasilitasi oleh Puput Mariyati, M.Psi., Psikolog.
“Belajar komunikasi empatik dapat membantu kader menghadapi ibu hamil dan menyusui dan memberikan respon yang tepat,” tandasnya.
Selama pelatihan, kader antusias bertanya seputar materi dan aktif berlatih komunikasi secara empatik. Menurut salah satu kader bernama Tri, pelatihan ini dapat membantu dirinya.
“Alhamdulillah, banyak manfaat yang didapat dari pelatihan ini. Saya sebagai kader bisa tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan ibu hamil dan ibu menyusui. Bagaimana mengenali emosi mereka sehingga mereka bisa terbuka, nyaman dan percaya kepada kita kader. Dan tentunya banyak sekali materi yang bisa menambah wawasan kita selama mengikuti pelatihan ini,” ucapnya. (Admin)