POJOKSURAMADU.COM, Pamekasan – Butuh jerih payah bagi Syafrial Burhany (21) untuk mengagas bisnis kedai kopi. Beragam tantangan pernah ia jalani sebelum serius menekuni dunia bisnis.
Tepat pukul 19.21 Wib, Senin malam, (29/11), Pojoksuramadu.com bertemu dengan pria yang akrab dipanggil Syafri, pemilik kedai Mbah Zain, di Jalan Pintu Gerbang, Gang IV A, Kelurahan Bugih, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan. Kedai yang bisa menampung 40 pelanggan ini berada di depan kediaman Syafri.
Suasana obrolan makin akrab kala seorang pelayan mengantarkan segelas kopi luwak hangat. Obrolan dimulai dari pembahasan beragam jenis kopi dan kecenderungan seseorang datang ke kedai kopi. Syafri menyebut, orang-orang Madura masih masuk kalangan peminum kopi ketimbang penikmat kopi.
Datang ke kedai hanya untuk minum lalu mengobrol atau bahkan bermain gawai. Berbeda dengan penikmat kopi. Mereka datang ke kedai lebih ingin menikmati beragam jenis kopi, merasakan perbedaan rasanya.
“Sejauh ini di Madura bukan penikmat kopi, tapi peminum kopi. Kalau penikmat itu, biasanya sudah fasih dan bisa membedakan beragam jenis kopi,” kata Syafri.
Perbincangan dengan Syafri beralih ke ide bisnis dan usaha yang ia gagas. Kedai Mbah Zain, nama yang ia pilih, untuk orang pertama yang mendukung idenya. Nama itu merupakan panggilan dari kakeknya, Muzaini, yang akrab disapa Zain. Dukungan Mbah Zain membuat Syafry terdorong untuk konsen di bidang bisnis kedai.
“Ini mungkin bisnis yang saya tekuni karena saya juga penikmat kopi,” terangnya.
Saat ini Syafri masih menjalani kuliah di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Kota Surabaya, jurusan teknik sipil. Sembari menggarap skrispi, ia menggagas kedai kopi. Meski berbeda dengan bidang kuliah yang Ia tekuni, bisnis bukanlah sesuatu yang asing baginya. Semasa awal menjadi mahasiswa, Syafri bahkan pernah jualan makaroni, sejenis makanan ringan yang masih digandrungi beberapa konsumen sampai saat ini.
Atas saran sang ayah, putra sulung pasangan Sjahrir Rijadi dan Nurul Laily ini kemudian belajar bisnis kedai ke salah satu cafe dan resto di Kabupaten Kudus. Ia memulai karir seorang pelayan, bar, hingga posisi admin. Ia sendiri mengaku menjadi penikmat kopi sejak kerja dibagian bar.
Ia banyak belajar tentang aroma kopi dari segi rasa dan bau. Dari posisi bar, ia pindah ke posisi administrasi untuk belajar tata kelola keuangan bisnis kedai. Mulai dari sistem kerja karyawan, hingga rincian anggaran untuk keperluan kedai.
“Kebetulan pemilik kedainya teman ayah saya, jadi saya belajar disana bisa maksimal,” ucapnya.
Sepulang dari kudus, Syafri mulai berpikir untuk mendirikan bisnis kedai kopi. Tepat 11 November 2021, kedai yang direncanakannya pun mulai diluncurkan. Bahkan pada saat pembukaan, ia menggartiskan minum kopi sepuasnya. Semuanya dilakukan demi menarik minat pelanggan, tanpa harus meninggalkan kualitas kopi yang disajikan.
“Awalnya tidak banyak yang tahu, cuma sekarang sudah mulai familiar,” tuturnya pada Pojoksuramadu.com
Tak terasa obrolan kami sudah 30 menit lamanya. Syafri sempat bertanya soal rasa kopi luwak yang disajikan. Ia rela menerima komplain jika aroma dan rasa kopi tak sesuai dengan selera. “Bilang saja kalau rasanya kurang pas, karena keluhan pelanggan tetap kami tampung,” ujarnya.
Syafri mengaku memiliki tantangan tersendiri sejak peluncuran bisnis kedai miliknya. Ia bersikukuh pada konsep awal, bahwa bangunan yang berada tepat di pinggir jalan raya itu lebih elok disebut kedai, tepatnya Kedai Mbah Zain. Hanya saja, ia bakal menambah beberapa menu makanan demi menarik minat pelanggan
“Ditambah menu makanan, tapi tetap berpegang teguh pada konsep awal yang merupakan kedai kopi” tegas Syafri.
Perbincangan dengan Syafri belum selesai, suara bising kendaraan sesekali menyela di tengah percakapan. Meski baru berusia dua minggu, kedai miliknya sudah menyediakan beberapa menu kopi dari beragam varian. Arabica Aceh Gayo dan Kopi Robusta yang dipanaskan secara tradisional dengan kayu bakar. Untuk arabica Aceh Gayo ada empat varian (semiwash, Fullwash, Wine, Luwak). Sedangkan jenis robusta hanya ada satu jenis.
“Kalau yang belum suka dua kopi itu, bisa coba kopi hitam,” katanya.
Selain minuman, kedai “Mbah Zain” juga menyediakan makanan.
“Harga variarif, dan kami yakin tak akan ada pelanggan yang kecewa,” tuturnya.
Tepat pukul 20.07 Wib, Syafri mengakhiri percakapan. Ia memiliki keinginan agar di kemudian hari kedainya makin besar, hingga merekrut puluhan bahkan ratusan karyawan. Mimpi itu ia gaungkan dengan niatan menurunkan angka pegangguran. Satu cita-cita yang sudah lama ia pendam sebelum tertarik pada dunia bisnis.
Satu sisi, dirinya juga mengapresiasi beberapa program Pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam dua tahun terakhir. Beberapa anak muda seusianya sudah banyak yang merintis usaha berdasarkan bidang yang ditekuni.
“Semakin banyak anak muda yang merintis usaha, semakin baik laju ekonomi kita, syukur-syukue jika kemudian pemerintah sudah memberikan fasilitas berupa latihan hingga pinjaman modal,” tegasnya.
Meski tengah menekuni bisnis, Syafri mengaku tetap memprioritaskan pendidikannya. Ia memiliki alasan mengapa seorang pebisnis juga perlu mengenyam pendidikan dan kaya pengalaman. Lewat pendidikan Syafri bisa memiliki relasi, dan dengan relasi itulah dirinya bisa mengembangkan bisnis kedai kopi.
Baginya, pola pikir anak muda di zaman milenial ini harus bisa berpikir out of the box. Syafri tak ingin menunggu lulus kuliah lalu bingung cari kerja, melainkan memadukan ilmu-ilmu yang didapat di kampus serta pengalaman kerja dengan mengagas usaha. Ia hanya prihatin saat ini banyak anak muda lulusan kampus justru banyak yang bingung mencari pekerjaan.
“Bisnis dan pendidikan itu satu kesatuan yang terpisahkan, ada hubungan keterikatan antara keduanya. Ayo belajar bisnis, tapi jangan lupakan pendidikan,” ujarnya.
“Bedanya, saya ingin setelah wisuda nanti pekerjaan saya sudah ada, lebih tepatnya mengembangkan usaha saya,” tutup Syafri mengakhiri pembicaraan dengan Pojoksuramadu.com. (Hasibuddin)