Asal Usul Suku Madura – Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia jumlahnya sekitar 7,1 juta jiwa, Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya.
Suku Madura dikenal dengan intonasi bicaranya yang sangat keras dan terdengar kasar. Walaupun begitu, mereka juga dikenal hemat disiplin dan rajin bekerja. Selain itu, suku Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang sangat kuat, Harga diri juga paling penting dalam kehidupan orang Madura.
Mereka memiliki sebuah peribahasa “Lebih bagus Pote tollang Etembang Pote Matah” yang artinya lebih “Laik mati daripada malu”. Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura. Tetapi, tradisi lambat laun melemah seiring dengan terdidiknya para pemuda Madura sekarang.
Asal Usul Suku Madura
Apakah kalian tahu asal muasal orang Madura? Berikut penjelasannya. Menurut babad Madura Kitab Negara kertanagama dan para sejarawan,
Secara tanah Madura tidak terlepas dengan kejadian yang ada di tanah Jawa. Diceritakan bahwa di suatu masa di Pulau Jawa terdiri suatu kerajaan bernama “Medang Kamulan” yang dipimpin Raja bernama “Sang Hyang tunggal”.
Dikisahkan, bahwa sang raja memiliki seorang anak gadis bernama Putri Bendoro Agung. Suatu ketika harus tersebut bermimpi dimasuki rembulan kedalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian Ternyata Gadis itu hamil, Sang raja selalu menanyakan?
Siapa yang menghamilinya…? Namun gadis tersebut tidak menjawab. Akhirnya, Raja menjadi marah dan memanggil patihnya yang bernama “Peranggulang”.
Raja memerintahkan supaya anak gadisnya dibunuh dan kepalanya disuruh di bawah kembali kepada raja. Patih menyanggupi perintah raja dan membawa gadis tersebut ke sebuah hutan.
Sesampainya di hutan, Sang Patih menghbunus pedang untuk memenggal kepala putri. Namun, suatu keanehan terjadi yaitu ketika pedang mendekati leher Sang Putri pedang tersebut terjatuh dari tangan sang Patih. Kejadian itu diulangi Sampai Tiga Kali dan tidak satupun yang berhasil.
Sang Pati akhirnya duduk termenung dan berpikir bahwa kehamilan Sang Putri tentulah bukan kesalahan Sang Putri. Tetapi, disebabkan oleh hal yang luar biasa. akhirnya sang Patih mengalah dan tidak kembali ke kerajaan. Mulai saat itu, Sang pati berganti nama menjadi Kyai Poleng.
Kemudian sang putri oleh Kiai Poleng didudukkan di atas ghitek di tepi pantai dan Kyai poleng menendang ghitek tersebut menuju Madu Oro artinya pocok menuju ke arah yang luas. Hal inilah yang menurut sebagian pendapat menjadi asal-usul nama Madura.
Pendapat lain mengatakan bahwa nama Madura berasal dari kata lemah Pulau artinya tanah yang tidak sesungguhnya. Yaitu apabila Air Laut surut tanahnya terlihat Tetapi bila air laut pasang tanahnya tidak terlihat.
Singkat cerita Sang Putri pun melahirkan, saat itu lahirlah seorang bayi laki-laki mukanya amat bekawan, Bayi tersebut diberi nama Raden Segoro yang artinya laut. Keluarga inilah yang menurut beberapa pendapat menjadi cikal-bakal penduduk Madura.
Kala itu ketika Raden Segoro berumur dua tahun dia sering bermain ke pantai. hingga suatu ketika dari arah laut datanglah dua ekor ular naga yang amatlah besar. Raden Segoro pun bertarung dan mengalahkan dua bola raksasa tersebut.
Seketika itu ular tersebut berubah menjadi dua bilah tombak, lalu tempat tersebut diberi nama kyai nenggolo dan Kyai alukulo.
Pada saat kerajaan MedangKamulan diserang musuh berkali-kali yang berasal dari negeri Cina. akibatnya, peperangan ini rakyat MedangKamulan hampir habis yang dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Dalam keadaan susah dan bingung, sang raja memohon kepada yang maha kuasa supaya diberi pertolongan. akhirnya, pada suatu malam Raja pun bermimpi bertemu dengan seorang tua yang berkata bahwa di sebuah pulau yang bernama madu oro terdapat anak muda yang bernama Raden Segoro
Singkat cerita, Raden Segoro pun berangkat bersama rombongan dengan membawa pusaka tombak Kyai nenggolo. pertempuran luar biasa pun terjadi dengan menggunakan tombak ke arah musuh, musuh pun menjadi sakit secara mendadak dan akhirnya berusaha meninggalkan kerajaan medangkemulan dan sebagian besar pun mati.
Dengan kemenangan tersebut raja membuat pesta besar-besaran dan memberi penghormatan kepada Raden Segoro. Raden Segoro diberi gelar Tumenggung gemed oleh raja MedangKamulan.
diakhir kisah , raden Segoro bertanya kepada ibunya tentang siapa nama ayahnya. sang Ibu sangat kebingungan harus menjawab apa? Namun sang Ibu menjawab, bahwa Ayahnya adalah seorang siluman. Maka seketika itu Ibu Raden Segoro dan rumahnya lenyap atau dikatakan moksa.
Perjalanan secara Madura dimulai dari perjalanan Arya wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad ke-13 dalam Kitab Negarakertagama mengatakan bahwa pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa. ini menunjukkan, bahwa pada tahun 1300-an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama.
Sekitar tahun 900 sampai 500.000 Pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Hindu Jawa Timur seperti Kediri Singosari dan Majapahit. diantara tahun 1500-an tahun 1624 para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung kepada kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik dan Surabaya.
Pada tahun 1624 Madura ditaklukkan oleh Mataram sudah itu pada abad ke-18 Madura berada dibawah kekuasaan Kolonial Belanda. Mulai tahun 1882 mula-mulanya oleh VOC kemudian diperintah oleh India Belanda.
Sejarah mencatat Arya wiraraja adalah Adipati pertama di Madura diangkat oleh raja Kertanegara dari Singosari tanggal 31 okt 1269. pemerintahannya, berpusat di Batu Putih Sumenep merupakan Kraton pertama di Madura.
Pengangkatan Aria wiraraja sebagai Adipati pertama Madura pada waktu itu diduga berlangsung dengan upacara kebesaran Kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura.
Seperti yang tercatat dalam sejarah, Perpindahan bangsa-bangsa secara besar-besaran dari Asia Tenggara terjadi pada kurun waktu yang sangat panjang antara 4000 tahun sampai 2000 tahun sebelum masehi.
Kejadian ini antara lain berasal muasal dari bertambah pesatnya kerajaan-kerajaan Cina karena kepesatan perkembangan kebudayaannya, mereka lalu meluaskan pengaruh kekuasaannya ke arah selatan.
Kawasan yang langsung terkena dampaknya adalah wilayah tibet yang merupakan tanah leluhur bangsa BURMA dan daerah Yunan yang semula dihuni orang-orang Thai dan Vietnam.
Akibatnya, dari mengenainya kedatangan bangsa Cina tersebut, maka bangsa-bangsa Burma Thai dan Vietnam terpaksa menyingkir lebih kearah Selatan.
Namun tidak sedikit diantara mereka yang terus ke selatan mengarungi laut ataupun melintasi Semenanjung kemudian menyeberangi Selat hingga mencapai pulau-pulau di nusantara termasuk pulau madura sendiri.
Kesamaan mereka dengan suku Madura adalah kesukaannya dalam mengkonsumsi ikan kering yang dihasilkan Lalu dibusukkan seperti terasi dan petis atau makanan yang ditapaikan.
Persamaan yang mendasar diantara mereka, misalnya kesamaan dalam cara menanam benda-benda umum seperti Padi, pandan, ubi, udang hujan dan batu dan banyak lainnya.
Para pendatang ini lalu menetap disana untuk kemudian menjadi nenek moyang bangsa Madura seperti bangsa PHIAH, CAMPA dan JAI di KOCINCINA. mereka mengacu pada kosakatanya Seperti api dengan Apoy, menyebut istrinya dengan bini dan memakai kata ella untuk mengatakan Jangan.