POJOK SURAMADU

#Inspirasi For You

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

Wisata

Bisnis

Pendidikan

Keislaman

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

KKN UTM Pasongsongan 2024 Manfaatkan Lahan Pekarangan jadi Kebun Sayur Produktif

Desa Pasongsongan Dsn Morassen Kabupaten Sumenep baru saja memulai langkah awal menuju perubahan yang menjanjikan. Kemarin, mahasiswa KKN kelompok 38 bersama warga setempat memulai program permakultur yang inovatif, memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah penduduk untuk ditanami berbagai jenis sayuran. Meski baru sehari berlalu, semangat dan antusiasme sudah terlihat jelas di wajah para warga dan mahasiswa KKN.

Program permakultur ini merupakan hasil diskusi dan perencanaan bersama antara mahasiswa KKN kelompok 38 dan warga Pasongsongan. Para mahasiswa memperkenalkan konsep permakultur dan manfaatnya, sementara warga menyambut dengan antusias, siap untuk belajar dan berpartisipasi aktif. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga untuk membangun kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan dan kemandirian pangan.

Hari pertama program ini, yang berlangsung pada tanggal 11 Juli 2024, diisi dengan kegiatan persiapan lahan dan sosialisasi. Mahasiswa KKN memberikan penjelasan terperinci tentang prinsip-prinsip dasar permakultur, teknik pengolahan tanah, dan pemilihan tanaman yang sesuai dengan kondisi lokal. Warga, dengan penuh semangat, mulai membersihkan lahan-lahan kosong di sekitar rumah mereka, mengubah area yang sebelumnya terabaikan menjadi calon kebun sayur yang produktif.

Pekarangan dan lahan kosong di Desa Pasongsongan kini mulai dipersiapkan untuk menjadi kebun sayur yang produktif. Rencana penanaman sawi, cabai, terong, dan tomat telah disusun dengan cermat, menjanjikan pemandangan hijau yang akan segera menghiasi desa ini. Pemilihan tanaman ini tidak hanya didasarkan pada kemudahan perawatan, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan gizi masyarakat setempat dan potensi ekonomi jangka panjang. Meski masih dalam tahap awal, potensi manfaat dari program ini sudah dapat dirasakan. Warga terlihat bersemangat mempelajari teknik-teknik baru dalam bercocok tanam, sementara mahasiswa KKN mendapat kesempatan untuk menerapkan ilmu mereka dalam konteks nyata di masyarakat. Interaksi ini menciptakan suasana pembelajaran dua arah yang saling menguntungkan, di mana pengetahuan akademis bertemu dengan kearifan lokal.

Program permakultur ini tidak hanya berfokus pada aspek pertanian, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan. Dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah, program ini mendorong interaksi antar tetangga dan memperkuat ikatan komunitas. Selain itu, penggunaan teknik permakultur yang ramah lingkungan akan membantu menjaga keseimbangan ekosistem lokal dan mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia.

Kedepannya, mahasiswa KKN kelompok 38 dan warga Desa Pasongsongan berencana untuk terus mengembangkan program ini. Mereka akan belajar bersama tentang pembuatan kompos, teknik penanaman yang efektif, dan pengendalian hama secara alami. Rencana jangka panjang juga mencakup pembentukan bank benih lokal dan pengembangan sistem irigasi yang efisien untuk mengoptimalkan penggunaan air.

Program ini juga berpotensi untuk membuka peluang ekonomi baru bagi warga Desa Pasongsongan. Dengan produksi sayuran yang berkelanjutan, warga dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri dan bahkan menjual kelebihan hasil panen ke pasar lokal. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendorong perkembangan ekonomi mikro di desa.

Meski baru dimulai, program permakultur ini sudah menunjukkan potensi untuk menjadi katalis perubahan positif di Desa Pasongsongan. Tidak hanya berpotensi meningkatkan ketahanan pangan keluarga di masa depan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antar warga dan mahasiswa KKN. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi praktis untuk tantangan lokal. Inisiatif ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan keberlanjutan lingkungan. Dengan menggabungkan pengetahuan modern dan kearifan lokal, program permakultur di Desa Pasongsongan dapat menjadi model untuk diadopsi oleh desa-desa lain di Indonesia.

Program permakultur yang baru dimulai ini menjadi bukti nyata semangat pengabdian mahasiswa dan keterbukaan masyarakat terhadap ide-ide baru. Meski masih di tahap awal, inisiatif ini sudah menanamkan benih perubahan yang diharapkan akan tumbuh menjadi gerakan yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi Desa Pasongsongan. Dengan semangat gotong royong dan kesediaan untuk belajar, Desa Pasongsongan kini berada di ambang transformasi menjadi desa yang lebih hijau, produktif, dan mandiri pangan.

Meski baru sehari berlalu, langkah pertama ini sudah membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi desa dan warganya. Keberhasilan program ini akan bergantung pada konsistensi dan komitmen semua pihak yang terlibat. Namun, dengan semangat yang telah ditunjukkan, ada harapan besar bahwa Desa Pasongsongan akan menjadi contoh keberhasilan dalam menerapkan prinsip-prinsip permakultur dan pembangunan berkelanjutan di tingkat desa.

Penulis: Iza Zahtya Rahma Putri Hariono, Fara Nur Fajrin, Fachrul Risa Suni dan Rizal Abdillah Nuriansyah

DPL: Dr. Askur Rahman, STP., M.P.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postingan Populer