kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Asal-Usul Yogyakarta Jogja, Sejarah dan Identitas Kota Istimewa

Yogyakarta, sering juga disebut Jogja, merupakan ibu kota dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di tengah Pulau Jawa bagian selatan, kota ini dikelilingi oleh empat kabupaten yakni Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Selain sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan, Jogja dikenal dengan slogannya yang ikonik: “Berhati Nyaman”—singkatan dari Bersih, Sehat, Indah, dan Nyaman.

Namun, asal-usul Yogyakarta atau asal-usul Jogja menyimpan cerita panjang yang sarat dengan makna historis dan budaya. Nama “Yogyakarta” dipercaya berasal dari kata “Ayodya” dalam bahasa Sansekerta, merujuk pada kota legendaris dalam epos Ramayana yang menjadi kerajaan Rama. Dalam bahasa Indonesia modern, kata “Yoga” juga memiliki makna “sesuai”, “layak”, dan “pantas”.

Sejarah Nama Yogyakarta

Asal-Usul Yogyakarta Jogja: Sejarah dan Identitas Kota Istimewa
Asal-Usul Yogyakarta Jogja: Sejarah dan Identitas Kota Istimewa

Beberapa ahli sejarah dan linguistik memiliki pandangan berbeda mengenai asal-usul nama kota ini. Sejarawan Peter Carey dalam bukunya menjelaskan bahwa Yogyakarta kemungkinan besar diadaptasi dari nama Ayodya. Sementara itu, Jacobus Noorduyn, ahli linguistik asal Belanda, menyatakan bahwa nama Jogja atau Yogyakarta sudah dikenal sebelum pembangunan kota ini oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755.

Dalam catatan Belanda, penulisan seperti Jogja, Jogjo, Yogya, dan Yogye sudah ditemukan sejak tahun 1743. Hal ini menunjukkan bahwa nama Yogyakarta telah beredar bahkan sebelum Perjanjian Giyanti yang menandai lahirnya Kesultanan Yogyakarta.

Perjanjian Giyanti dan Lahirnya Yogyakarta

Pada 13 Februari 1755, Perjanjian Giyanti ditandatangani antara pihak kolonial Belanda dan Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Perjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Melalui perjanjian tersebut, Pangeran Mangkubumi diakui sebagai penguasa atas separuh wilayah Mataram dan resmi bergelar Sultan Hamengkubuwono I, lengkap dengan gelar keagamaan dan pemerintahan. Kasultanan Yogyakarta secara resmi dideklarasikan pada 13 Maret 1755.

Pembangunan Keraton dan Penetapan Hari Jadi

Pembangunan Keraton Yogyakarta dimulai pada 9 Oktober 1755 dan memakan waktu hampir setahun. Sebelum keraton selesai dibangun, Sultan Hamengkubuwono I dan keluarganya tinggal sementara di Pesanggrahan Ambarketawang. Baru pada 7 Oktober 1756, sang Sultan dan rombongan resmi menempati Keraton Yogyakarta. Tanggal ini kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Yogyakarta.

Dulunya, wilayah Yogyakarta hanyalah desa dan hutan beringin. Namun, dengan tekad dan strategi kepemimpinan, daerah ini berubah menjadi pusat kebudayaan, pemerintahan, dan spiritualitas bagi rakyat Jawa.

Perkembangan Jogja di Masa Kolonial

Seiring perjalanan waktu, Kasultanan Yogyakarta mengalami pasang surut akibat pengaruh Belanda dan Inggris. Pada 20 Juni 1812, pasukan Inggris menyerbu Keraton, memaksa Sultan Hamengkubuwono II turun takhta dan digantikan oleh Sultan Hamengkubuwono III. Inggris juga memberikan sebagian wilayah Kesultanan kepada Pangeran Notokusumo (putra Sultan HB I), yang kemudian diangkat sebagai Adipati Paku Alam I.

Wilayah Kadipaten Pakualaman ini berada di dalam ibukota dan daerah Adikarto (Kulon Progo bagian selatan). Sejak 17 Maret 1813, Pakualaman menjadi daerah otonom yang diwariskan turun-temurun.

Yogyakarta dan Proklamasi Republik Indonesia

Peran Yogyakarta sangat penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII secara sukarela menyatakan bahwa wilayah mereka menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Pada 5 September 1945, mereka mengeluarkan Amanat yang menyatakan dukungan terhadap Republik Indonesia. Amanat kedua pada 30 Oktober 1945 menegaskan bahwa pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta dijalankan oleh Sultan HB IX dan Paku Alam VIII bersama badan pekerja Komite Nasional Indonesia.

Pembentukan Kotamadya dan Status Istimewa Yogyakarta

Kotamadya Yogyakarta secara resmi dibentuk pada 7 Juni 1947 dan diatur lebih lanjut melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950. Status “Daerah Istimewa Yogyakarta” ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950. Inilah yang menjadikan Jogja sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki bentuk pemerintahan istimewa berbasis kerajaan yang tetap diakui oleh negara.

Kesimpulan:

Asal-usul Yogyakarta Jogja bukan hanya tentang sejarah pembentukan kota, tapi juga mencerminkan semangat perjuangan, kearifan lokal, dan kebesaran budaya Jawa. Dari kisah Kerajaan Mataram, Perjanjian Giyanti, pembangunan Keraton, hingga peran penting dalam kemerdekaan Indonesia, semuanya menyatu dalam identitas kota ini.

Kini, Yogyakarta bukan hanya dikenal sebagai kota pelajar atau kota budaya, melainkan juga sebagai simbol kekuatan lokal yang berpadu harmonis dengan nilai nasional. Sejarah panjang dan uniknya menjadikan Jogja tidak hanya layak dikunjungi, tetapi juga dikagumi dan dipelajari.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img