Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) merupakan salah satu ulama besar yang dikenal karena pendekatan dakwahnya yang tidak biasa, namun menyentuh banyak kalangan. Lahir pada tanggal 17 Agustus 1940, Gus Miek adalah putra dari KH. Jazuli Utsman, pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Mojo, Ploso, Kediri, dan Nyai Rodhiyah. Sejak kecil, Gus Miek tumbuh dalam lingkungan pesantren dan dikenal memiliki bakat spiritual yang luar biasa.
Kehidupan Awal dan Keluarga
Sebagai anak dari seorang ulama sufi, Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) dibesarkan dengan disiplin ilmu agama dan spiritualitas. Ayahnya, KH. Jazuli Utsman, dikenal tegas namun adil dalam mendidik semua anaknya, tanpa membeda-bedakan. Gus Miek sendiri dikenal sebagai seorang hafizh Al-Qur’an. Ia merasakan kedamaian dan komunikasi dengan Tuhan setiap kali membaca dan mendengarkan ayat-ayat suci.
Pengalaman spiritual ini mendorong Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) membentuk jama’ah sema’an Al-Qur’an dan komunitas Dzikrul Ghofilin. Bagi Gus Miek, Al-Qur’an adalah pelabuhan jiwa, tempat mengadukan masalah yang tak dimengerti manusia.
Karomah Gus Miek
Salah satu kisah menarik datang saat Gus Miek diminta belajar ilmu alat (nahwu) dari kitab Al-Jurumiyah. Meski belum pernah belajar kitab itu secara formal, Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) justru mampu menjelaskannya secara mendalam kepada gurunya, Pak Zaid. Kisah ini menjadi salah satu bukti karomah beliau yang diakui banyak orang.
Perjalanan Pendidikan dan Sanad Ilmu
Pada usia 13 tahun, Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, namun hanya bertahan 16 hari. Ia kemudian kembali ke Ploso dan menunjukkan kemampuannya menggantikan ayahnya mengajar kitab-kitab besar seperti Tahrir, Fathul Mu’in, hingga Shahih Bukhari dan Muslim. Setelah itu, ia kembali ke Lirboyo dan kemudian melanjutkan belajar ke Watucongol, Magelang, di bawah asuhan KH. Dalhar.
Di antara para guru Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) adalah KH. Machrus Ali, KH. Dalhar, KH. Ali Maksum, KH. Abdul Hamid Kajoran, hingga Al-Habib Sholeh bin Muksin Al-Hamid. Jaringan keilmuannya tersebar luas hingga menjadi bagian penting dalam tradisi ulama Nusantara.
Riwayat Pernikahan dan Keluarga
Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) pertama kali menikah dengan Zaenab dari Karangkates saat berusia muda, namun pernikahan ini berakhir dengan perceraian. Pada tahun 1960, beliau menikah lagi dengan Lilik Suyati dari Setonogedong, Kediri. Pernikahan ini disetujui oleh para gurunya seperti KH. Dalhar dan KH. Mubasyir Mundzir. Bersama Lilik Suyati, Gus Miek dikaruniai enam anak, termasuk H. Agus Tajjuddin Heru Cokro dan Hj. Tahta Alfina Pagelaran.
Wafatnya Sang Wali
Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) wafat pada 5 Juni 1993 di Rumah Sakit Budi Mulya, Surabaya. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Auliya’ Tambak, Kediri. Ribuan orang mengiringi kepergiannya, termasuk para ulama besar. Di pemakaman tersebut juga dimakamkan tokoh penting seperti KH. Anis Ibrahim dan KH. Achmad Shidiq.
Kiprah Dakwah: Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab
Dakwah Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) dikenal tidak lazim karena menyentuh langsung kalangan masyarakat marginal—dari diskotik hingga tempat perjudian. Beliau mendirikan Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962, yang kemudian berkembang menjadi Dzikrul Ghofilin. Meskipun banyak ditentang karena metode dakwahnya yang berbeda, Gus Miek tetap sabar dan istiqomah.
Pada tahun 1986, Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) juga mendirikan sema’an Al-Qur’an yang kemudian dinamai Jantiko, dan berubah menjadi Jantiko Mantab. Jamaah ini berkembang pesat dan menjangkau berbagai wilayah, seperti Jember, Klaten, hingga Yogyakarta.
Karomah Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek)
Karisma dan spiritualitas tinggi membuat Gus Miek memiliki banyak karomah, di antaranya:
- Sembuhkan Anak Lumpuh dengan Semut Hitam: Doanya mampu menyembuhkan anak kecil yang tak bisa berjalan.
- Dijaga Harimau Saat Bayi: Saat ditinggal di kebun, seekor harimau malah menjaga Gus Miek.
- Dibawa Ikan Bertemu Nabi Khidir: Kisah spiritual di Sungai Brantas menjadi salah satu bukti tingkat spiritual beliau.
- Dakwah di Diskotik: Mengajak taubat para peminum miras hanya dengan karomah menampilkan laut dalam mulutnya.
- Melihat Masa Depan Orang: Gus Miek mengenakan kacamata hitam karena bisa melihat takdir hidup orang yang ditemuinya.
- Nasihat kepada Gus Dur: Bahkan Gus Dur sering meminta petunjuk spiritual kepada Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) sebelum mengambil keputusan politik besar.
Silsilah Sanad dan Murid
Sanad keilmuan Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) sangat kuat. Beliau mewarisi ilmu dari para guru besar dan mengajarkannya kembali kepada para santri Pondok Pesantren Al-Falah Ploso. Para murid beliau banyak yang kini menjadi ulama dan tokoh agama di berbagai daerah.
Kehidupan Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) adalah teladan bahwa dakwah tidak harus berada di podium atau masjid megah. Ia menyentuh hati-hati yang jauh dari agama, membawa mereka kembali kepada Tuhan melalui jalan cinta dan kesabaran. Warisannya berupa Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab masih lestari hingga kini, menjadikan beliau sebagai ulama sufi yang unik dalam sejarah dakwah di Indonesia.Bism