kerja Sama

Kirim Tulisan

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

Wisata

Pendidikan

Bisnis

Keislaman

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Kesepakatan Dagang Prabowo-Trump: Diplomasi atau Gerbang Penjajahan Ekonomi?

Penurunan tarif ekspor Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen, masih dielu-elukan sebab dianggap sebagai kesuksesan diplomasi Presiden Prabowo Subiakto saat bertemu dengan Trump beberapa waktu lalu.

Kesepakatan yang diteken Prabowo selain penetapan nilai tarif, adalah komitmen RI membeli energi dari AS senilai 15 miliar dolar AS dan produk agrikultur senilai sebesar 4,5 miliar dolar AS, termasuk pesawat terbang dari Boeing 777 sebanyak 50-75 buah,.Trump menyebutkan kesepakatan ini penting karena membuka seluruh pasar Indonesia kepada Amerika, Dan menjadi yang pertama dalam sejarah.

Diplomasi Lihai Membawa Penjajahan Kian Mendalam

Banyak pihak menilai, diplomasi Prabowo membawa sentimen positif terhadap pemulihan ekonomi nasional, seiring sejumlah faktor eksternal dan kebijakan domestik yang mendukung pertumbuhan. Trimegah Sekuritas merilis riset bertajuk “Indonesia’s Macro Tailwinds Are Here”, 17 Juli 2025 lalu, menyebutkan penurunan tarif ekspor AS terhadap Indonesia sebagai salah satu katalis penting bagi ekspor dan sentimen pasar (antaranews.com, 17-7-2025).

Menjadi landasan kuat karena BI memangkas suku bunga (BI Rate). Rupiah stabil dan muncul tanda-tanda awal belanja fiskal pemerintah yang mulai meningkat sejak Juni, demikian pula kesiapan pemerintah memperkuat permintaan domestik dari program MBG Augustus mendatang.

Meski ada catatan arus keluar hingga Rp 1 trillium Dari investor asing karena bersikap hati-hati saat ini, Trimegah menilai Masih ada investor domestik, baik ritel maupun institusi yang kini menjadi tulang punggung pasar saham Indonesia. Prabowo sendiri secara positif mengatakan menjadikan prioritaa utamanya untuk perlindungan tenaga kerja nasional setiap kali mengatakan perubdingan dagang international.

Penurunan tarif ekspor oleh AS menjadikan Indonesia memiliki dua keuntungan, sebagaimana yang disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso yakni investasi dan peningkatan ekspor. Tarif rendah dibandingkan negara-negara ASEAN menjadikan produk Indonesia memiliki data saing harga yang lebij baik sehingga mengundang investasi. Untuk itu Budi mengatakan pemerintah sudah menidentifikasi 10 produk ekspor utama ke Amerika Serikat beserta negara pesaingnya.

Apakah para penguasa kita benar-benar sadar apa yang mereka katakan? Bayangkan, AS bebas mengesploitasi kekayaan alam Indonesia, berdagang bebas pajak di pasar kita, sementara produk kita dijual di AS harus ditambah 19 persen atas nilai jualnya? Apakah benar-benar harga bisa bersaing? Sangat ilusi! Watak konsumen adalah mencari harga termurah, Dan AS sudah dibanjiri produk Cina.

Industri Cina kuat dan mandiri, bahkan sekelas Vietnam sudah bisa bertahan meski digempur dengan tarif pajak 46 persen. Industri kita lemah karena kebijakan impor dari perjanjian perdagangan bebas yang diteken pemerintah Indonesia, CAFTA dan AFTA misalnya. Sementara kebijakan termutakhir E-Commerse akan ditarik pajak.

Saatnya Kembali Kepada Aturan Islam

Belum lagi jika bicara sektor yang lain, sudahlah lemah, masih saja bersandar pada sektor ekonomi non riil yang berbasis riba, semakin melengkapi penderitaan APBN kita yang hanya mengandalkan pajak Dan utang luar negeri.

Bagaimana pula korelasinya dengan melindungi pekerja Indonesia? Yang ada, ketika APBN berantakan, rakyatlah yang diminta untuk memperbaiki, dengan lagi dan lagi perluasan obyek pajak. Padahal, karena imbas perdagangan bebas, banyak industri yang bangkrut, maka gelombang PHK pun akan terus terjadi, pendapatan masyarakat berkurang, daya beli berkurang, walhasil nasib rakyat lagi yang dipertaruhkan.

Di sisi lain, negara mencanangkan efisiensi namun yang terjadi korupsi, nepotisme, kolusi tak pernah berhenti. Para wakil menteri rangkap jabatan menduduki sejumlah pucuk pimpinan BUMN, anak hingga cucu BUMN, semakin melemahkan industri sebab bukan lagi berbicara potensi BUMN sebagai pengelola kekayaan negeri tapi lebih kepada bagi-bagi kue kekuasaan.

Jelas kita akan melangkah pada era Penjajahan abadi Dan hilangnya kedaulatan negara. Saatnya Kembali Kepada pengaturan Islam yang terbukti secara pasti mewujudkan kesejahteraan. Dengan bergerak pada sektor ekonomi riil tanpa riba.

Negara hadir memaksimalkan potensi SDA yang menjadi milik umum dan mengelola kekayaan negara seperti fai, jizyah, kharaj dan lainnya untuk kemaslahatan rakyat keseluruhan. Rakyat akan mendapatkan haknya secara langsung berupa BBM, listrik, air Dan lainnya secara murah hingga gratis.

Kebutuhan pokok publik, seperti sekolah, rumah sakit Dan lainnya dibangun oleh negara, sehingga rakyat juga mudah mengaksesnya. Negara tidak akan bekerja sama dengan negara asing yang jelas memusuhi bahkan membunuh kaum muslim.

Sebagaimana firman Allah yang artinya,“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai penolong setia atau pelindung dengan meninggalkan orang-orang beriman yang lain. Barangsiapa yang melakukannya, maka dia telah lepas dari Allah.Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”. (TQS Ali ‘Imran [3]: 28). Wallahualam bissawab.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postigan Populer

spot_img