POJOKSURAMADU.COM – Baru reda berita seorang perempuan bernama Uswatun Khasanah asal Blitar, Jawa Timur ditemukan tewas dimutilasi dalam sebuah koper merah di Ngawi, Jawa Timur. Dan polisi juga telah menangkap pelaku berinisial RTH alias A yang terancam hukuman mati (BBC.com, 25-1-2025).
Muncul berita lainnya, seperti penemuan mayat bayi berjenis kelamin laki-laki di dalam parit (anak sungai) di Kecamatan Tangaran, Kabupaten Sambas, pada Jumat, 7 Februari 2025. Polisi pun berhasil mengungkap kasus tersebut dan mengamankan ibu bayi tersebut yang diketahui merupakan anak di bawah umur (kumparan.com, 9-2-2025).
Kemudian kasus pria bernama Ismail (40 tahun), warga Kelurahan Selagit, Kabupaten Musi Rawas, ia ditangkap polisi usai menganiaya ibu kandungnya berinisial SA (80) hingga meninggal dunia. Kapolres Musi Rawas, AKBP Andi Supriadi, melalui Kasat Reskrim, Iptu Ryan Tiantoro Putra, mengatakan peristiwa penganiayaan itu berawal saat Ismail kesal karena kalah main judi online, Sabtu, 8 Februari 2025, sekitar pukul 23.00 WIB (kumparan.com, 9-2-2025).
Baca juga : Efisiensi Anggaran, Kebijakan Menguntungkan Rakyat?
Yang tertangkap netra, tiada hari tanpa berita pembunuhan. Anak bunuh ibu, ibu bunuh anak, suami bunuh istri,istri bunuh suami , pasangan kekasih saling bunuh, teman bunuh teman dan seterusnya. Motifnya beragam, tapi selalu menggunakan penyelesaian yang sama yaitu membunuh. Semurah itukah nyawa manusia hari ini? Bak film Hollywood dalam adegan nyata, keadilan diperoleh dengan membunuh atau balas dendam.
Sejak kejadian pembunuhan pertama kali di dunia yang dilakukan oleh Qabil dan Habil, keduanya putra Nabi Adam, hingga hari ini tak pernah surut, kecuali setelah datangnya Islam, namun begitu peradaban Islam runtuh, manusia seolah berada dalam fase paling beringas.
Sekularisme Kapitalisme Akar Persoalan Hilangnya Rasa Aman
Kriminalitas makin marak dengan kadar kekerasan yang makin mengerikan, mirisnya, pelaku kriminal semakin muda usianya. Hal ini menunjukkan bahwa sistem aturan yang diterapkan hari ini, yaitu Sekular Kapitalisme, makin mandul menjamin keamanan dan gagal menjaga nyawa manusia.
Wajar, sebab asas sistem ini adalah pemisahan agama dari kehidupan. Setiap orang diberi kebebasan berperilaku, tak mengenal halal haram bahkan tak merasa dilihat oleh Allah SWT. Kesadaran hubungan dengan Sang Pencipta telah terkikis habis karena sistem ini akhirnya memaksa seseorang untuk berjuang sendirian. Bak hukum rimba, siapa yang kuat dialah pemenangnya.
Akhirnya, dampak buruk yang terus berkelanjutan muncul tanpa bisa dibendung. Menunjukkan betapa buruknya dampak penerapan sistem hidup yang rusak itu pada semua bidang kehidupan, baik ekonomi, sosial/pergaulan, pendidikan, media, dan lain-lain. Sisi manusia berganti dengan insting hewan, akal tak lagi mendapat tempat.
Jika asasnya saja sudah berani menjauhkan agama dari kehidupan, tentulah hukum manusia saja yang berlaku, bukan hukum Allah. Padahal disinilah bahaya sistem ini itu menjelma, yaitu lemahnya sistem sanksi. Samasekali tidak menjerakan, membuat kejahatan dan kriminalitas semakin meningkat. Keamanan di era kapitalisme saat ini juga tidaklah terjamin. Hukum bisa ditawar, seorang koruptor ratusan trilyun hanya mendapatkan hukuman penjara tahunan, itu pun tidak sampai 10 tahun.
Pembunuh bisa bebas hanya karena berkelakuan baik, residivis narkoba bisa Plesiran dengan keluarga dan lain sebagainya. Sangat jauh berbeda jika pelaku kriminal rakyat biasa.
Islam Satu-satunya Sistem Sahih dari Pencipta Dunia dan Seisinya
Rasa aman adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, apapun agama, bahasa, budaya dan rasanya. Sebab jika rasa aman menghilang, manusia akan mengalami guncangan karena ketidakberarutannya hidup. Bagi seorang muslim jelas keadaan ini merugikan, sebab ia diperintahkan Allah untuk beribadah kepadaNya, sebagaimana firman Allah SWT. Yang artinya,”Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” ( TQS. Az-Zariyat : 56).
Bagaimana bisa beribadah secara sempurna jika keadaan tak aman? Dan kapitalisme sekular terbukti gagal mewujudkan rasa aman ini. Maka, jawaban atas persoalan ini adalah Islam. Allah SWT. berfirman, “Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (TQS Al Maidah: 32)
Begitu berartinya nyawa manusia, apalagi jika ia adalah orang Islam. Maka, Islam menjadikan negara sebagai pelindung dan penjamin keamanan rakyat. Negara akan menutup pintu kriminalitas dengan menjamin kesejahteraan dan keamanan rakyat dengan penerapan sistem sanksi yang ditegakkan dengan adil, serta bersifat jawabir ( penebusan dosa bagi pelaku di akhirat) dan jawazir (menimbulkan efek jera bagi yang berniat jahat).
Islam juga memiliki sistem Pendidikan yang akan mencetak generasi yang memahami hakekat penciptaan dan memiliki kepribadian Islam, sehingga menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan kriminal. Kurikulumnya disusun atas dasar akidah Islam. Demikian pula pembiayaan tidak dibebankan kepada rakyat, sehingga siapapun baik kaya atau miskin, baik bodoh atau pandai bisa mengakses pendidikan hingga tingkat tertinggi secara mudah, murah bahkan gratis.
Tegaknya tiga pilar yang dipromotori negara, yaitu ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan penerapan sistem sanksi oleh negara akan menjamin terwujudnya keamanan pada masyarakat. Sejarah bisa sedikit melihat ke belakang, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, meski hanya dua tahun namun pencapaiannya luar biasa. Rakyat sejahtera sehingga hampir tak ada yang wajib dizakati. Sehingga tingkat kriminalitas sangatlah minim. Wallahualam bissawab.
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban