POJOK SURAMADU

#Inspirasi For You

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

Wisata

Bisnis

Pendidikan

Keislaman

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Menghadapi Ancaman Digital: KKN 41 Lakukan Psikoedukasi Siswa SMPN 2 Saronggi, Sumenep tentang KBGO

Kekerasan Berbasis Gender Online adalah suatu kekerasan seksual atau kekerasan berbasis online yang memiliki niatan untuk melecehkan korbannya secara gender atau seksual. Tipe Kekerasan Berbasis Gender Online yaitu pendekatan atau memperdaya (cyber grooming), pelecehan secara online (cyber harassment), peretasan (hacking), konten ilegal (illegal content), pelanggaran privasi (infringement of privacy), ancaman foto atau video pribadi (malicious distribution). Dampak dari Kekerasan Berbasis Gender Online ini adalah merasa depresi, khawatir berlebihan, dan selalu merasa ketakutan, korban akan menarik diri dari lingkungan termasuk teman, keluarga dan publik, korban akan merasa khawatir dan cemas ketika bekerja dan bertemu dengan orang lain sehingga memilih untuk berhenti, korban akan kehilangan kemampuannya untuk bergerak bebas dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, karena takut akan menjadi korban lagi korban akan memilih untuk menutup semua akses melalui internet dan hilang kepercayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat di Indonesia, terutama kepada anak muda-muda.

Namun hal ini pula yang dapat menjadi tantangan salah satunya Kekerasan Berbasis Gender Online. Berdasarkan World Bank Data ditemukan 756 kasus pelecehan yang terjadi pada siswa menengah atas, pada sampel di tahun 2021. Kasus Kekerasan Berbasis Gender Online ini memang rawan terjadi pada perempuan namun, 37% kasus Kekerasan Berbasis Gender Online juga terjadi pada laki-laki.

Alasan kami memilih SMPN 2 SARONGGI sebagai lokasi sosialisasi adalah karena memiliki lokasi yang mudah diakses, memiliki infrastruktur yang memadai untuk kegiatan sosialisasi seperti di ruang kelas yang nyaman, LCD, serta suasana yang menyenangkan, menjangkau siswa secara langsung lebih mudah dan efektif dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Usia audiens sosialisasi ini berkisar dari 13 tahun – 15 tahun. Ada beberapa alasan memilih anak SMP sebagai sasaran sosialisasi kekerasan berbasis gender online:

Masa SMP merupakan periode perkembangan kritis di mana anak-anak mulai membentuk identitas pribadi dan sosial mereka. Pendidikan tentang kekerasan berbasis gender online pada tahap ini dapat membantu mereka membangun pemahaman dan sikap yang sehat mengenai interaksi online. Anak-anak SMP semakin banyak menggunakan internet dan media sosial. Mereka mungkin belum sepenuhnya memahami risiko yang terkait dengan aktivitas online, sehingga edukasi tentang kekerasan berbasis gender online sangat penting untuk melindungi mereka.

Anak-anak pada usia ini rentan terhadap pengaruh negatif dari teman sebaya dan media. Edukasi yang tepat dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan kritis untuk mengenali dan menghindari kekerasan berbasis gender online. Mengajarkan anak-anak SMP tentang kekerasan berbasis gender online dapat membantu membentuk sikap dan perilaku yang menghargai dan menghormati orang lain. Ini juga membantu dalam mencegah perilaku negatif di kemudian hari. Memberikan edukasi dini tentang kekerasan berbasis gender online dapat berfungsi sebagai langkah pencegahan jangka panjang. Dengan memahami dampak dan cara menghadapinya, anak-anak dapat menjadi agen perubahan positif di masyarakat mereka.

Anak-anak SMP yang menyadari kekerasan berbasis gender online lebih mungkin untuk melaporkan insiden dan mencari bantuan. Ini penting untuk mengurangi kejadian dan dampak kekerasan. Pendidikan tentang kekerasan berbasis gender online merupakan bagian dari pendekatan pendidikan holistik yang mencakup aspek emosional, sosial, dan digital. Ini membantu anak-anak menjadi individu yang seimbang dan bertanggung jawab. Edukasi yang efektif pada usia SMP dapat membantu membentuk generasi yang lebih sadar, peduli, dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Ini penting untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan inklusif di masa depan. Dengan demikian, memilih anak SMP sebagai sasaran sosialisasi kekerasan berbasis gender online merupakan langkah kami untuk memberikan perlindungan, edukasi, dan pencegahan yang efektif di kalangan generasi muda.

Baca juga : Aksi Nyata KKN Kelompok 41 dan PONKESDES Kebundadap Timur dalam Mencegah Stunting di Desa Kebundadap Timur

Tujuan sosialisasi kekerasan berbasis gender online untuk anak SMP adalah untuk meningkatkan kesadaran dan literasi digital di kalangan remaja. Dengan pemahaman yang jelas tentang definisi dan berbagai bentuk kekerasan berbasis gender online, anak-anak dapat mengenali tanda-tanda kekerasan dan menerapkan strategi pencegahan. Sosialisasi ini juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan melaporkan insiden dan mencari bantuan dari pihak yang berwenang, serta memanfaatkan sumber daya dan dukungan yang tersedia. Selain itu, melalui pendidikan tentang keamanan dan privasi online, serta penggunaan media sosial yang bijak, anak-anak diharapkan dapat melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari risiko kekerasan berbasis gender online. Selain aspek pencegahan dan penanganan, sosialisasi ini juga berfokus pada pembentukan sikap dan perilaku yang menghargai dan menghormati orang lain, serta mempromosikan etika digital yang baik. Dengan mengembangkan empati dan kesadaran gender, anak-anak akan lebih memahami pentingnya menghormati hak-hak digital orang lain.

Sosialisasi ini juga memperkuat ketahanan dan kesejahteraan mental anak-anak dengan memberikan dukungan emosional dan teknik mengelola stres. Akhirnya, tujuan jangka panjangnya adalah menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan inklusif, serta mendorong penerapan kebijakan sekolah yang jelas mengenai kekerasan berbasis gender online, sehingga semua siswa merasa dihargai dan didukung dalam komunitas mereka.

Setelah pelaksanaan psikoedukasi mengenai kekerasan berbasis gender online, sekolah menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap program tersebut. Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut mengungkapkan bahwa program ini sangat relevan dan bermanfaat mengingat peningkatan penggunaan teknologi dan media sosial di kalangan siswa. “Kami berterima kasih kepada para penyelenggara yang telah memberikan pengetahuan mendalam dan keterampilan praktis kepada siswa kami dalam menghadapi tantangan digital saat ini,” ujarnya.

Psikoedukasi ini tidak hanya memberikan informasi penting, tetapi juga membuka ruang diskusi yang memungkinkan siswa untuk berbagi pengalaman dan belajar dari satu sama lain. Pihak sekolah berkomitmen untuk melanjutkan upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kekerasan berbasis gender online. “Kami akan terus mendukung program-program seperti ini, ” kata wakil kepala sekolah. Sekolah juga berencana untuk mengadakan sesi lanjutan agar siswa-siswi SMPN 2 SARONGGI bisa lebih berhati-hati terhadap perubahan digital yang terjadi saat ini. “Tujuan kami adalah menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung bagi semua siswa, di mana mereka dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut akan kekerasan atau diskriminasi,” tambahnya.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postingan Populer