POJOK SURAMADU

#Inspirasi For You

Home

ic_fluent_news_28_regular Created with Sketch.

Berita

Wisata

Bisnis

Pendidikan

Keislaman

ic_fluent_phone_desktop_28_regular Created with Sketch.

Teknologi

ic_fluent_incognito_24_regular Created with Sketch.

Gaya Hidup

Sosial Media

Pelukan Ra Mamak: Mendamaikan dan Menyejukkan

Oleh: Jamalul Muttaqin,
Satu hari setelah pasangan Fauzi-Eva mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Kab. Sumenep, saatnya pasangan Fatta Yasin-Kyai Ali Fikri pada tanggal 05 September 2020 melangkahkan kakinya ke KPU Sumenep. Momentum yang ditunggu-tunggu para pendukung dan loyalis Gus Acing dan Mas Kyai. Ketika pihak-pihak lain akan merebut bangunan koalisi partai untuk mengusung dua tokoh yang solid antara Gus Acing dan Mas Kyai. Sampai akhirnya tidak ada yang bisa memisahkan dua tokoh ini untuk maju sebagai Cabup dan Cawabup di Pilkada Sumenep 2020.

Semua masyarakat tau perseteruan politik antara Kyai Ali Fikri dengan Ra Mamak cukup alot, terutama di kalangan para loyalis dan pendukung keduanya. Seakan-akan lawan politik yang tampak adalah antar pendukung Kyai Ali Fikri dan Ra Mamak. Mereka telah lupa bahwa musuh sebenarnya adalah kelompok sebelah dari pasukan merah yaitu Fauzi-Eva.

Ra Mamak sosok politis muda yang berdiri sendiri, lantang menyuarakan visi-misi besar untuk membangun masa depan Sumenep. Orasi-orasinya menggetarkan siapapun yang mendengarnya, seakan ada api yang menyala-nyala disana. Ra Mamak sebagai ketua PPP memiliki dukungan massa yang sangat banyak. Ia telah menumukan jalan yang tepat untuk berkhidmat di dunia politik bukan karena ambisi. Perjuangan Ra Mamak dan sikapnya telah menunjukkan politisi sejati.

Kedua tokoh ini adalah saudara yang merepresentasikan satu misi besar untuk Sumenep. Hari ini pasca pendaftaran di KPU Sumenep kedua bertemu. Saat memasuki Padepokan KPU tempat mendaftar bakal Paslon Pilkada Kyai Ali Fikri disambut dengan gagah oleh sang adik yang saat itu kapasitasnya sebagai Ketua DPC PPP Sumenep. Apa pertanda dari pelukan kedua tokoh ini yang membuat harubiru para loyalis Ra Mamak dan sebagian masyarakat Sumenep.

Bersikap Bijak dalam Menilai

Sebagian oknum-oknum perusak yang menyebarkan api permusuhan mendengungkan opini yang negatif, bahwa keduanya kepanjangan tangan dari perseteruan politik antara Ali bin Abi Thalib RA dan Muawiyah bin Abi Sufyan hingga menimbulkan perang saudara. Kita tidak bisa terlalu berlebihan menilai fenomena politik ini sebagai bentuk dari kecerobohan individu. Sepertinya, terlalu jauh dan ngaur membandingkan konflik ini dengan situasi saat Ali menjadi khalifah.

Kadang kita (sebagai pendukung atau loyalis yang fanatis) telah dibutakan dengan kepentingan-kepentingan diri kita sendiri, sehingga yang berbicara bukan atas nama hati nurani melainkan atas nama nafsu setan yang memikirkan persoalan kekuasaan dan kedudukan. Tanpa merasa salah, karena para pendukung yang fanatis berlindung di bawah nama-nama besar yang dekat dengan Tuhan-Nya dan Nabi-Nya.

Kedua tokoh ini adalah guru kita semua yang berijtihad dalam politik untuk menebarkan kejayaan Islam, seperti kata filsuf besar Islam al-Fārabi yang menulis “Asyiyasah al-Madinah”, politik sebagai jalan kebahagiaan ketika seorang pemimpin bisa berpartisipasi dengan masyarakat untuk mengusung tujuannya bersama-sama, bergandengan tangan tanpa ada yang merasa tertindas dan terdzalimi.

Momentum pemandangan di pendaftaran Fatta Yasin dan Kyai Ali Fikri di KPU Sumenep ada pelukan kemesraan yang dipertontonkan oleh kedua tokoh sejati ini, telah membuat hati para muhibbin tentram dan adem, mendamaikan dan menyejukkan. Dua tokoh ini telah mengisyaratkan secara terang benderang kepada masyarakat yang terlalu awam soal politik.

Karena tugas Ra Mamak dan Kyai Ali Fikri adalah tokoh sekaligus politisi beliau tidak perlu berkampanye. Pelukan keduanya menjelaskan secara tersirat siapa yang layak untuk dipilih, siapa yang layak untuk didukung. Ra Mamak berdiri dengan kakinya sendiri saat para punggawa politisi kecewa yang tidak beralasan dan keluar dari partai serta mendukung barisan yang lain.

Sebagai orang terdidik cara yang kita lakukan tentu berbeda dengan masyarakat awam, kita punya pilihan dengan argumen-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Jika mereka tidak menjadi penentang barisan Gus Acing dan Mas Kyai karena alasan kecewa dan ikut-kutan, sungguh siapapun mereka tidak terkecuali adalah sikap kekanak-kanakan yang dipertontonkan secara samar-samar. Wallahu’alam..

Penulis asal Sumenep yang intens mengikuti issu-issu politik. Saat ini masih aktif mengajar di SMP-SMA Ali Maksum, Krapyak Yogyakarta.

Artikel Terkait :

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Postingan Populer