POJOKSURAMADU.COM – Akhir akhir ini tengah menjadi perbincangan di jagat maya antara dua tokoh, yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Kedua tokoh ini selalu disandingkan dalam beberapa persolaan di daerah yang mereka pimpin, misalnya penanganan banjir di Jakarta dan Surabaya. Pendukung dari dua tokoh itu seolah bersyukur dengan membuat meme nyinyir dan narasi bahagia karena dianggap tidak mampu bekerja.
Perbincangan itu semakin menarik perhatian publik medsos juga bagi masing-masing pendukung kedua tokoh ini, apalagi setelah Risma melaporkan sebuah akun medsos yang dianggap menghina dirinya. Buntut laporan itu, pemilik akun facebook asal Jawa Barat jadi tersangka undang undang ITE.
Ada sebagian mendukung sebagai efek jera, namun tak sedikit pula yang menyayangkan karena pemimpin diera demokrasi dan informasi digital seperti buat ini, pemimpin dikritik, dihujat bahkan dihina merupakan hal yang yang tidak bisa dihindari.
Banyak meme dan sindiran berseliweran atas sikap penegak hukum kita merespon pengolok olok bagi kedua tokoh tersebut yaitu “Pengolok Anies bebas melenggang, sementara penghina Risma tak lepas dari jeratan”. Begitulah konklusi yang tergambar.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengutarakan, penegak hukum harusnya bertindak responsifitas dalam menangani aduan di medsos atas keluhan masyarakat, agar memenuhi ekspektasi keadilan dan perlakuan sama di depan hukum.
“Jangan sampai ada perbedaan yg mencolok sehingga penangganan kasus hukum tebang pilih dan hanya berpihak pada case tertentu. Polri harus memerhatikan catatan itu dengan lebih serius agar hukum punya kehormatan dan makna bagi semua kalangan,” Jelas dia kepada Pojoksuramadu.com melalui pesan singkat, Kamis (6/2/2020).
Sebagai pengamat sosial, ia melihat adanya emosi warganet yang terus menguat dengan menyandingkan Risma Tri Rismaharini dengan Anies Baswedan dalam pertempuran udara untuk kontestasi Pilkada DKI. Warganet menganggap Risma merupakan figur yang berpotensi menyaingi Anies, sehingga terus dihubung hubungkan.
“Menurut saya karena skrg masih memasuki zona pertempuran udara maka biasanya yang lebih otentik biasanya punya daya magis lebih untuk menang dalam pertempuran udara. Dan case sekarang ini hanyalah pemanasan diantara keduanya.
Dekan Fisib UTM itu memprediksi, rivalitas Risma dan Anies akan kian kuat dalam pertempuran udara dan netizen akan kian banyak tersedot melibatkan diri dalam diskursus itu. Meski demikian, ia berharap Polri tetap menampilkan wajah profesionalitas bagi warganya. Sebab menurutnya, responsifitas itu adalah ujian Profesionalisme Polri.
“Polri harus tegak lurus menghadirkan wajah hukum yang adil dan profesional bagi warga karena itu akan berpengaruh terhadap citra polri sendiri yang harus teguh berdiri diatas hukum dan bukan pada kekuasaan semata,” pungkasnya. (red)