POJOKSURAMADU.COM, – Memulai karir di perpustakaan UTM, memang memerlukan banyak waktu untuk kemajuan yang signifikan. Bagi saya, memimpin dimanapun adalah sama saja asal kita mau dan mampu menempatkan diri. Tidak selamanya gaya kepemimpinan yang kita jalankan adalah satu2nya, melainkan kolaborasi antar berbagai macam dan bentuknya dalam arti kondisional.
Pertama, yang saya bidik adalah teman2 karyawan sebagai rekan kerja utama yang akan sangat menentukan gerak majunya institusi ini. Teman2 inilah yang padanya saya sangat berharap bisa memunculkan kerjasama tim yang kuat, saling pengertian, saling menghargai, saling menasehati dan saling memaafkan. Karenanya, suatu bentuk pertemuan fisik semua bagian hingga CS (Cleaning Service) dan Satpam (Satuan Pengamanan) tanpa kecuali sangat diperlukan.
Pertemuan ini tidak hanya mengenal secara fisik tapi juga mengenal apa dan bagaimana mereka ingin bekerja dengan nyaman di institusi ini.Tatap muka dan mendengar ungkapan mereka adalah bagian kepentingan saya. Dari situlah beberapa hal banyak saya peroleh dan banyak hal menjadi inspirasi kepemimpinan unggul (they’re my inspirations).
Satu persatu, saya dengarkan dan saya coba baca suara mereka tanpa pilihan khusus, dan saya rangkum semuanya dalam sebuah catatan khusus.
Semua teman tersebut adalah sama bagi saya, dan semua berpeluang berprestasi unggul dan maju dalam karir. Selanjutnya, saya juga mendengar keluhan mereka terkait pelaksanaan tugas keseharian di institusi ini. Beberapa tampak berkelakar, beberapa juga tampak ambisi ke arah perubahan total, dan beberapa tampak menguji keseriusan saya dalam memimpin institusi ini.
Biasa, kataku dalam hati. Aku sayang mereka, aku ingin mereka dapat, mampu, dan mau bekerja dengan baik, disiplin, dan berkinerja tinggi serta memberikan kemanfaatan yang luar biasa bagi institusi ini. Semoga benar ‘rahmatan lil ‘alamien’ keberadaan saya di perpustakaan ini. Kedua, menggalang persatuan dan kerjasama tim yang kuat, maka diadakanlah outbound perpustakaan di Kampung Jawi, Jombang. betapa senangnya, ternyata kegiatan ini direspon positif teman2 semua.
Semuanya berjalan lancar dan memuaskan. Masing2 bermain leluasa menghilangkan dan melupakan pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan. Mereka meminta kegiatan ini menjadi program kerja rutin. Karenanya, diadakanlah kembali kegiatan tersebut di tempat yang lain. Ketiga, bidikan saya pada dunia luar. Ini merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk memberikan wacana luas dan terbarukan bagi teman2 dalam mengenal atau mengetahui lingkungan secara akurat. Karenanya, saya upayakan kunjungan kerja ke berbagai institusi perpustakaan khususnya perpustakaan daerah di seluruh Madura (Sampang, Pamekasan, dan Sumenep).
Anggapan bahwa karyawan perpustakaan hanya berkutat pada urusan internal institusi, ingin saya hapus. Kunjungan kerja ke beberapa perpustakaan daerah di Madura, perpustakaan sekolah, perpustakaan institusi lain (Masjid) membuat mereka memiliki wawasan luas tentang kepustakaan yang selama ini mereka geluti sebagai perpustakaan perguruan tinggi.
Bagi saya, semua perpustakaan adalah sama fungsinya sekalipun dengan lingkup yang berbeda. Perpustakaan adalah hak warga negara untuk menggali, mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanfaatannya. Ada perbedaan ruang lingkup perpustakaan daerah dengan perpustakaan perguruan tinggi, karena dimungkinkan terdapat tumpang tindih keberadaannya. Namun, semua itu akan sirna manakala masing2 paham dan saling hidup berdampingan yang harmonis.
Kita saling melengkapi dalam meningkatkan peradaban/kemajuan masyarakat. Dari pengalaman ini diperoleh pemikiran yang segar seputar dunia perpustakaan dan bagaimana kenyamanan dalam mengelolanya. Mereka merasa semakin termotivasi dalam memberikan pelayanan prima pada pemustaka dan berkoneksi dengan pihak sivitas akademika. Perpustakaan juga harus membuat dirinya hidup, dimana diperlukan kerjasama dengan pihak internal dan eksternal. Banyak ruang yang perlu memperoleh sentuhan kreatif sehingga perpustakaan menjadi tempat rujukan adalah suatu tuntutan/kebutuhan pemustaka.
Madura Corner, sebagai icon baru perpustakaan ini, memberanikan diri sebagai wacana atau sarana utama memahami Madura secara keseluruhan. Ini lebih memperkuat makna kunjungan ke beberapa perpustakaan daerah di Madura. Hasilnya sangat signifikan untuk mengukuhkan keberadaannya, walaupun terdapat pula kendala karena adanya perpustakaan daerah yang kurang ihlas memberikan informasi penting perihal’Madura’ dengan mempergunakan berbagai alasan. Sebagian alasan karena memperolehnya yang sampai berdarah-darah (sangat sulit, istilah mereka).
Masih banyak jalan memperoleh segala bentuk informasi Madura, peprupstakaan ini terus mencarinya untuk disebarkan sebagi bahan kajian dan pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Ilmu bukan untuk disimpan tapi untuk disebarkan pada semua orang. Bersedekah melalui ilmu yang dimiliki. Prinsip ini harus benar-benar terpatri pada diri kita. Cepat dan atau lebih lambat, prinsip itu sudah menjadi mindset kami.
Mulialah mereka yang mampu dan mau berbagi ilmu pengetahuan. Tidak hanya kunjungan kerja ke perpustakaan daerah di Madura, tetapi juga mengadakan kunjungan kerja ke beberapa perpustakaan perguruan tinggi berprestasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pilihan kami adalah perpustakaan berprestasi, karena kami ingin mengikutinya menjadi sosok perpustakaan yang menarik dan mendapat tempat tersendiri di mata perguruan tinggi ini.
Perpustakaan menjadi tempat singgah yang menyejukkan untuk menelusuri dunia dan memberikan manfaat yang luar biasa bagi kemaslahatan umat manusia. Kegiatan ini bukan tidak mungkin menghadapi masalah, mengingat dilaksanakan pada hari libur atau hari Sabtu.
Program ini banyak menemukan kendala di beberapa tempat yang hendak dikunjungi, dan sering juga kami melakukan alternatif perguruan tinggi lain yang berprestasi untuk dikunjungi. Kami ingin kunjungan ini terlaksana bersama semua karyawan tanpa harus menutup pelayanan perpustakaan bagi masyarakat/pemustaka. Keempat, membangkitkan motivasi intrinsik karyawan. Bekerja di perpustakaan adalah muia. Berbahagialah mereka yang bekerja sebagai karyawan perpustakaan, karena turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara melalui pelayanannya bagi pemustaka.
Pelayanan mereka, kemudahan dan keihlasan yang diberikannya adalah sangat bermakna bagi pemustaka. Kepuasan pemustaka menjadi tolok ukur kinerja kami di perpustakaan ini. Apalagi seiring dengan cita-cta kami, yaitu menjadikan perpustakaan yang nyaman dan aman untuk dikunjungi. Potret lama selalu membayangi para karyawan kami dimana kenyamanan dan keamanan bekerja kurang mereka rasakan. Saya ajak mereka bersuara dalam rapat, mengungkapkan harapan yang terpendam dan mencoba memberikan solusi terbaik bagi majunya institusi.
Dengan keihlasan ini, mereka tidak lagi berwajah kurang mengenakkan (mrengngut: Jawa) dalam memberikan pelayanan bagi pemustaka. Bahkan yang terjadi mereka merindukan pemustaka. Kelima, saya membidik struktur organisasi dan peta jabatan yang ada. Saya amati peta jabatan dan pekerjaan yang digeluti karyawan, dan hasilnya harus dilakukan rotasi pekerjaan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik lagi.
Kemudian untuk mejamin terpeliharanya SOP dan kualitas kerja, maka dibentuklah Jamu (Jaminan Mutu). Beberapa kendaa muncul di kalangan para karyawan dalam pembentukannya. Mulai dari rasa was was (khawatir) berlebihan sampai pada kurangnya trust karyawan pada pimpinan (maklum pimpinan tidak berasal dari pustakawan).
Jamu diadakan untuk memberikan makna bahwa institusi iini beroperasi secara sah dan sesuai prosedur serta terjamin keberadaannya. Perlahan tapi pasti, Jamu mulai dilakukan dan menjadi pegangan operasi institusi dan lembaga ini menjadi cermin baik bagi perguruan tinggi seiring ISO yang diperoleh perpustakaan ini.
Keenam, saya bidik peningkatan keimanan kepada Tuhan Yang maha Esa. Maka, muncullah Pojok Ngaji: Jadikan AlQur’an Senagai Sahabat. Kegiatan ini memungkinkan siapapun bisa mengaji di pojok/tempat yang sudah disediakan. Bagi yang membaca diminta untuk menulis sampai ayat dalam juz berapa, yang ini memungkinkan dilanjutkan bagi pembaca berikutnya sehingga bisa segera diharapkan khatam. Ini dilakukan seiring dengan kegiatan Khotmil Qur’an yang diadakan setiap hari Jumat oleh perpustakaan secara suka rela (memungkinkan pihak di luar karyawan tetap perpustakaan untuk mengikuti).
Secara meluas, diadakanlah kegiatan Belajar Tafsir AlQur’an yang melibatkan juga sivitas akademika secara rutin. Ketujuh, saya membidik outcome institusi. Keinginan memberikan sesuatu yang lebih kepada pemustaka adalah suatu kebutuhan, sehingga bilamana keberadaan taman baca bagi perpustakaan perguruan tinggi tumpang tindih dengan kewenangan perpustakaan daerah, maka harus ada alternatif lain yang memberikan solusi kreatif.
Kemudian, dibuatlah Skill Room di area intern perpustakaan. Kegiatan dalam ruang ini adalah memberikan pelatihan-pelatihan praktis pada pemustaka atau pengunjung yang datang secara berkelompok dengan kapasitas yang kami miliki dan terjadwal. Skill Room diminati untuk memberikan tambahan keterampilan dan keahlian untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya.
Pengunjung akan semakin ramai sekalipun secara fisik era digital menjadikan pengunjung/pemustaka jarang atau semakin berkurang datang ke perputakaan. Heterogen pengunjung lebih bervariasi karena hadirnya para trainer serta komunitasnya. Ini juga memberikan peluang besar jejaring dalam mengejar ketertinggalan dan kemanfaatan secara ekonomi.
Kedelapan, saya bidik yang terkait langsung secara fisik adalah integrasi dengan ruang-ruang baca yang ada di 7 fakultas atau 37 program studi yng tersebar di lingkungan Universitas Trunojoyo Madura. Ini dilakukan antara lain dengan pelatihan bagi para petugas ruang baca-ruang baca tersebut sehingga integrasi dapat diciptakan. Ruang baca kini sudah bisa mengakses ketersediaan koleksi yang ada di perpustakaan. Kedepan, kita akan lakukan jaringan sebanyak mungkin untuk memungkinkan keberdayaan masyarakat yang semakin luas, jangkauan mobil pintar yang makin luas dengan perlakuan MoU yang aktif dan kerjasama aktif dengan pemerintah kabupaten. Kesembilan, perceptan link, kerjasama, komunikasi, dan kemanfaatan bersama melalui media teleconference baik internal maupun eksternal. Kesepuluh, pelatihan dan program rewards bagi karyawan dalam menulis ilmiah dan menjadi tutor/pelatih bagi khususnya civitas akademika.
Ini sudah dilakukan layaknya makanan sehari hari, sehingga mereka bisa mandiri dalam menulis surat yang baik, lay out penulisan karya ilmiah, iklan yang baik hingga menulis buku dan diterbitkan.
Oleh: Dr. Hj. Iriani Ismail, Dra., MM, Dosen Universitas Trunojoyo Madura. (*)