POJOKSURAMADU.COM, Pamekasan – Merawat lingkungan yang paling dibutuhkan adalah keikhlasan, begitu kata Slaman (50), pria asal Dusun Lembung Timur, Desa Lembung Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan. Namanya dikenal dikalangan para pecinta mangrove di Kabupaten Pamekasan.
Tubuhnya yang kekar nyatanya bermanfaat untuk lingkungannya. Slaman mengabdikan dirinya untuk merawat lingkungan dengan menanam mangrove yang dikenal dengan hutan bakau sejak 1986 silam, saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Slaman terinspirasi dari sang ayah agar Ia harus berbuat banyak untuk menyelamatkan lingkungan sekitar.
“Sekitar 34 tahun lalu, saat Air laut pasang justru masuk ke dapur dan rumah warga, dan Jika dibiarkan yang jelas warga Lembung tidak akan bertahan. Belum lagi, warga yang harus memperbaiki tambak penahan tambak garam dan udangnya karena rusak diterjang ombak.” katanya kepada Pojoksuramadu.com.
Dari sanalah, Slaman mulai terketuk hatinya untuk menyelamatkan lingkungan ditengah ancaman kerusakan ekosistem kala perubahan iklim semakin menghawatirkan bagi warga setempat. Slaman mulai menekuni perluasan hutan mangrove sebagaimana ajaran dari ayahnya. Saat pulang sekolah, Ayah Salaman mengajaknya ke bibir pantai untuk memperbaiki beberapa bakau yang sudah ditebang warga sekitar. Ia bahkan diajari cara membibit, menanam, dan menjaga mangrove agar bisa tumbuh sehat.
“Kala itu saya dianggap tidak waras, bahkan tak jarang mangrove yang saya Tanami itu dibakar, namun lambat laun mereka akhirnya mengerti” cerita Slaman.
Mangrove yang semula hanya dalam skala kecil saja, kini sudah seluas 46 Hektare. Masyarakat tak perlu khawatir dengan tambak udang atau tambak garamnya akan rusak jika ada abrasi. Bahkan, warga yang dulu mencibirnya perlahan-lahan mulai mengerti, jika bukan Slaman yang memulainya, kemungkinan besar mereka akan mengeluarkan jutaan rupiah untuk memperbaiki tambak udang yang rusak.
“Dulu Almarhum bapak kalau ada buah mangrove jatuh kemudian ditanam. Orang lain tahunya hanya menebang, tidak pernah menanam” ujar Salaman.
Jasa-jasa Slaman berbuah hasil. Karena kepeduliannya terhadap lingkungan, Ia pun berhasil menyabet berbagai penghargaan setelah dibentuknya komoditi kopi mangrove pada tahun 2012 lalu. Yakni, Anugrah Adibahkti Mina Bahari (AMB) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia di Jakarta pada tahun 2013 silam. Sejak meraih juara 1 tingkat nasional kategori Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, penghargaan dari KKP dan sampai saat ini warga sekitar hutan mangrove tetap produktif. Mereka membuat kopi dari buah pohon mangrove yang disebut dengan kopi malam Jum’at.
“Tujuan utama saya pribadi saat itu adalah karena kepedulian pada lingkungan, serta pesan dari ayah saya, kalaulah dari hasil jerih payah itu juga bisa menghasilkan uang, tentu itu bonus” tuturnya.
Slaman mengatakan tidak mudah menjaga hutan mangrove apalagi pernah ada pembakaran posko atau gubuk di area mangrove. Bahkan ada yang mencabut bibit mangrove yang ditanam oleh kelompoknya. Kejadian tersebut, tidak membuat Slaman menyerah dalam menjaga dan terus melestarikan hutan mangrove.
“Merawat lingkungan yang paling dibutuhkan adalah keikhlasan. Banyak orang inovatif, pintar tapi tidak ikhlas. Yang kedua, adalah keuletan, sikap tidak gampang menyerah,” kata Slaman.
Kata Slaman Soal Perusakan Lingkungan
Slaman adalah satu sekian orang yang memiliki kemirisan terhadap beberapa kerusakan lingkungan akibat ulah sekelompok orang demi mendapatkan keuntungan pribadi. Ia merasa sedih karena saat ini beberapa lahan di Pamekasan justru dieksploitasi besar-besaran.
“Sangatlah zalim jika kerusakan itu memang dibuat manusia, dan barang kali mereka tidak mempunyai hati” katanya.
Suami Nurul Imanan ini bahkan berharap generasi muda mulai dari akademisi hingga aktivis mampu menyuarakan kecintaan pada lingkungan dengan memulai sesuatu yang kecil namun bernilai. Sehingga, mereka yang sengaja merusak lingkungan bisa diberikan kesadaran agar meningkatkan kepedulian kepada lingkungan.
“Nauzubillah, jangan sampai menunggu musibah dulu, baru memperbaiki lingkungan”
Protes Aktivis Soal Kerusakan Lingkungan
Nyatanya, kerusakan lingkungan di Kabupaten Pamekasan sempat menuai protes dari kalangan mahasiswa, maupun aktivis lingkungan setempat. Diantara kerusakan lingkungan yang diprotes oleh mahasiswa dan aktivis, yaitu tentang keberadaan ratusan Galian C yang masih illegal. Galian C yang tersebar di beberapa Kecamatan di Pamekasan itupun saat ini masih saja terus beraktifitas tanpa mempedulikan bahayanya.
“Tambang liar merusak lingkungan dan ini jelas ada pidananya,” kata Moh Lutfi, Ketua Cabang PMII Pamekasan saat berorasi di depan kantor Bupati Pamekasan, Kamis (25/06/2020) lalu.
Protes serupa disuarakan tiga bulan sebelumnya oleh warga kecamatan tlanakan tentang reklamasi tak berijin oleh Resto Wiraraja, di Jalan Raya Tlanakan. Protes tentang reklamasi yang dinilai merusak ekosistem laut itupun mendapatkan sorotan dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pamekasan, Amin Jabir. Ia menegaskan jika Reklamasi yang dilakukan oleh Resto Wiraraja tidak berizin dan sudah dihentikan untuk sementara waktu.
“Kami sudah mengeluarkan surat pemberhentian sementara sampai dipenuhinya seluruh unsur perijinannya yang ditandangani oleh Sekda,” kata Amin Jabir. (Hasibuddin)