Pojoksuramadu.com, Bangkalan, 15/01/2025 – Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 24 Universitas Trunojoyo Madura (UTM) kembali memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan inovasi ramah lingkungan melalui program pembuatan lubang biopori di Desa Banyior, Kecamatan Sepulu, Bangkalan.
Program yang dilaksanakan pada Sabtu, 18 Januari 2025 ini bertujuan untuk mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos yang berguna untuk menutrisi tanah secara alami.
Kegiatan ini melibatkan partisipasi langsung warga desa, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat setempat.
Inisiatif ini menggunakan teknologi sederhana namun efektif, yaitu pipa paralon sebagai media utama dalam pembuatan lubang biopori.
Metode ini dirancang untuk mempermudah pengelolaan sampah organik di lingkungan rumah tangga sekaligus memberikan solusi yang tahan lama.
Lubang biopori dibuat dengan menggali tanah sedalam 40 cm sesuai dengan panjang pipa paralon. Pralon tersebut telah dilubangi di sekelilingnya untuk memastikan sirkulasi udara, serta dilengkapi tutup berlubang di bagian atas guna membantu proses penguraian sampah menjadi pupuk kompos.
Kegiatan dimulai dengan sesi sosialisasi oleh anggota KKN Kelompok 24 kepada warga desa. Dalam sosialisasi ini, warga diperkenalkan pada manfaat lubang biopori, proses pembuatannya, dan cara penggunaannya.
Koordinator KKN Kelompok 24, Paulus Stevanus, menjelaskan bahwa penggunaan pipa paralon dalam program ini memiliki sejumlah keunggulan.
“Pipa pralon membuat lubang biopori lebih tahan lama dan memudahkan proses pengisian serta pengambilan kompos. Selain itu, metode ini sangat cocok diterapkan di lingkungan rumah tangga untuk mengelola sampah organik dengan lebih praktis,” ujarnya.
Paulus juga menambahkan bahwa pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke lingkungan, tetapi juga mendukung penghijauan dengan menciptakan pupuk alami yang berkualitas.
Dukungan positif terhadap program ini juga datang dari Kepala Desa Banyior, Bebus Salam, yang mengapresiasi inovasi yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN.
“Dengan adanya lubang biopori berbasis pipa ini, warga dapat mengelola sampah organik lebih efektif. Selain membantu mengurangi sampah, metode ini juga mendukung program penghijauan desa. Inovasi ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat kami,” katanya.
Salah satu warga yang ikut serta dalam kegiatan ini, Bapak Siri, mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran program ini di desanya.
“Biasanya sampah dapur hanya saya buang begitu saja. Sekarang, saya bisa mengolahnya menjadi pupuk untuk tanaman di pekarangan rumah. Pipa ini juga membuat prosesnya lebih rapi dan mudah,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, program ini tidak hanya berfokus pada pembuatan lubang biopori, tetapi juga memberikan panduan tertulis kepada warga.
Panduan ini berisi langkah-langkah detail pembuatan dan pemeliharaan lubang biopori agar metode ini dapat diterapkan secara berkelanjutan. Dengan demikian, masyarakat Desa Banyior dapat terus mempraktikkan inovasi ini bahkan setelah program KKN berakhir.
Program ini dirancang sebagai solusi praktis dan berkelanjutan untuk mengelola sampah organik, terutama di wilayah pedesaan. Sampah organik yang diolah menjadi kompos tidak hanya membantu mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat langsung dalam bentuk pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman.
Dengan adanya lubang biopori berbasis pipa, masyarakat tidak lagi harus membuang sampah organik begitu saja, melainkan dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Inovasi lubang biopori ini juga sejalan dengan upaya mendukung program penghijauan desa. Dalam jangka panjang, penggunaan kompos yang dihasilkan dari lubang biopori dapat membantu meningkatkan produktivitas tanaman di desa.
Hal ini tentu akan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Baca juga : Pengabdian Masyarakat UTM Memperkenalkan Media Pembelajaran Kandang Perkalian di SDN 3 Kamal
Melalui program ini, KKN Kelompok 24 berharap dapat memberikan inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengadopsi metode serupa. Inovasi ini membuktikan bahwa solusi sederhana dapat memberikan dampak yang besar apabila diterapkan dengan baik dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Dengan komitmen bersama antara mahasiswa, pemerintah desa, dan warga, Desa Banyior kini memiliki langkah awal yang kuat menuju lingkungan yang lebih bersih, hijau, dan bebas dari limbah organik.
Program pembuatan lubang biopori di Desa Banyior ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi yang bermanfaat secara praktis. Keberhasilan program ini diharapkan dapat memotivasi lebih banyak pihak untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih lestari.
Melalui inovasi seperti ini, peran mahasiswa dalam pengabdian masyarakat semakin terasa, memberikan manfaat yang tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka panjang.