POJOKSURAMADU.COM, Pamekasan – Dalam rangka mengenang sosok Mohammad Tabroni Soerjowitijitro, Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada seluruh Kepada Kepala Sekolah SD dan SMP baik Negeri maupun swasta.
Surat dengan Nomor:005/2602/432.301/2020 itu, memerintahkan seluruh guru dan siswa untuk melakukan do’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dimulai jam pertama, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Kadisdik Pamekasan, Akhmad Zaini, mengatakan, jasa jasa dari dari Mohammad Tabroni Soerjowitijitro sebagai salah satu tokoh dan untuk menghormati dan mengenang salah satu tokoh pencetus Sumpah Pemuda 1928, sekaligus sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pemersatu.
“Guru juga harus membacakan riwayat tentang sosok Tabrani sebagaimana sudah di lampirkan dalam surat edaran,” terangnya.
Menurut Zaini, generasi mellenial juga harus mengetahui tentang jasa jasa dari salah satu tokoh di Pamekasan yang juga mempunyai andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal itu diharapkan bisa memberikan motivasi kepada seluruh siswa dan generasi muda di masa yang akan datang.
RIWAYAT TOKOH SUMPAH PEMUDA ASAL PAMEKASAN
Bernama lengkap Mohammad Tabrani Soerjowitjitro. Lahir di Pamekasan, 10 Oktober 1904. Memiliki 9 saudara di Pamekasan, putra dari pasangan Siti Aminah dan Suradi Surowicitro.
Rumahnya di Jalan Sersan Mesrul, No 1, Kelurahan Gladak Anyar. Sekarang rumah tersebut sudah beralih tangan dan hanya tinggal sisa-sisa bangunan.
Tabrani mendirikan sekolah sekitar tahun 1919-1920. Namanya Sekolah Kita. Letaknya di sisi selatan Jalan Jokotole depan Perpusda. Sekolah tersebut kemudian dijadikan markas para veteran. Namun gedung tersebut sudah digusur dan hari ini sudah berganti sebuah gedung pertokoan besar.
Pernah ditahan di Rumah Sakit Jiwa karena tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan belanda pada saat perayaan ulang tahun ratu Belanda Wilhelmina sekitar tahun 1923. Kemudian Tabrani keluar Pamekasan dan berkarir di Bandung. Dengan kecerdasan dan idealismenya dia dipercaya menjadi Ketua Kongres Pemuda Pertama yang diselenggarakan di Jakarta pada 1926.
Pada kongres pertama ini, dia menggagagas bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Gagasan ini kemudian diikrarkan sebagai Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda Kedua tahun 1928.
“Bangsa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bangsa Indonesia itu! Bahasa Indonesia belum ada! Terbitkanlah Bahasa Indonesia itul” kata Tabrani, dalam tulisannya yang berjudul Bahasa Indonesia di Kolom Kepentingan koran Hindia Baroe edisi 11 Februari 1926. Meninggal di Jakarta 12 Januari 1984. Usia 80 tahun. Dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. (Hasibudin)